Raga berhasil melayangkan bogeman mentah sesaat kaki dan tubuhnya berhasil menjangkau tubuh Abhisar. Abhisar yang baru saja bangun, dengan nyawa yang belum terkumpul penuh harus menerima setiap bogeman mentah yang Raga layangkan dengan membabi buta.
"ANJING! NIDURIN CEWEK GUE LO?!" Sumpah serapah itu keluar begitu keras dari mulut Raga.
Sukses, membuat Navya refleks membuka mata saat suara itu menyapa paksa gendang telinga. Navya dengan nyawa setengah, langsung bangun. Matanya yang redup, perlahan membelalak melihat ada Raga tengah memukuli Abhisar di tepi ranjang.
"RAGA STOP!" pekik Navya yang langsung bangkit dengan gerakan ketar-ketir.
Buru-buru, Navya melerai perlakuan Raga pada Abhisar. Melihat Abhisar sudah terkulai lemas di lantai dengan tubuh Raga di atas yang terus menghujamnya, jelas Navya terus memekik memperingati Raga.
"GA STOP!!" teriak Navya was-was. Matanya kian membulat, sesaat ekor matanya menangkap Abhisar kini sudah babak belur.
Darah mengalir kental, merah pekat dari hidung Abhisar. Navya tak bisa melerai, ia bahkan takut, tubuhnya bergetar melihat amarah Raga yang kini memuncak hingga ke ubun-ubun.
"PENGHIANAT LO ABHISAR! APA YANG UDAH LO LAKUIN SAMA NAVYA?!! KENAPA LO TIDUR SATU RANJANG SAMA DIA?!! BANGSAT!!!"
Seluruh urat Raga terlihat jelas. Entah itu dileher, ataupun di tangannya. Mendengar itu, jelas Navya membungkam mulutnya.
Tidur satu ranjang?
Bahkan Navya sendiri tidak tahu menahu, kenapa Abhisar bisa tidur satu ranjang dengannya. Setahu Navya, semalam ia tidur sendiri dan Abhisar berada di sofa.
"Ga, ini enggak seperti yang liat, Ga. Lo salah paham." Dengan ringisan serta erangan hebat, Abhisar berusaha menjelaskan.
Sudut bibirnya sakit, bahkan untuk berucap satu patah kata pun Abhisar bersusah payah. Raga benar-benar kesetanan di atasnya sekarang.
"Semuanya udah jelas!!! Lo nidurin cewek gue, 'kan? Lo sentuh dia, hah??" Raga menendang paha Abhisar.
"Ga, stop Ga!!" Dengan keberanian yang sudah terkumpul, walaupun tak penuh. Navya menggaet lengan Raga, dan memaksakan cowok itu mundur menjauh dari Abhisar.
Raga berdecih, menatap Navya tajam sambil menepis tangannya.
"Enggak pulang kerumah, lo banting stir jadi jalang, Nav?" Raga berucap sinis dan itu sukses mengiris hati Navya.
Jalang?
Semurah itu, kah Navya dimata Raga sekarang? Hanya menginap di apartemen Abhisar, Raga dengan seenak jidat menyebutkan Navya jalang?
"Ini enggak seperti yang kamu lihat, Ga." Dengan putus asa, Navya mengatakan itu. Walaupun ia tahu, Raga tidak peduli akan semua penjelasannya.
"Bodo amat," Raga mendengkus. "Kita balik!"
Navya menggeleng cepat, ia menghindar saat tangan Raga berusaha mencekalnya.
"Aku enggak mau pulang!" tolak Navya keras.
"Ck, PULANG NAVYA!"
"Enggak, aku enggak mau tinggal sama cowok kayak kamu, Ga. Aku enggak mau!!"
Raga semakin naik pitam rasanya, dengan gerakan secepat kilat, Raga langsung melangkah lebar. Memperpendek jarak dan mencekal lengan Navya erat. Navya berusaha berontak, namun sayang tenaga Raga lebih kuat.
"Jangan kabur, lo ditakdirkan buat sama gue. Jangan menentang takdir." Raga mempererat cekalannya, membuat Navya meringis sakit.
Wajah Navya menyendu. "Aku mau putus dari kamu, Ga! Aku mau pergi dari kehidupan kamu!"
KAMU SEDANG MEMBACA
RAGA [SELESAI]
Genç Kurgu[DIHARAPKAN FOLLOW SEBELUM MEMBACA] ❝Navya itu seperti lilin. Dia rela membakar dirinya sendiri, demi menerangi hidup Raga.❞ Dijadikan pacar dengan lebel 'pembantu' oleh Raga? Navya tidak masalah. Dijadikan bahan pelampiasan amarah oleh Raga? Navya...