Singkat, padat, dan jelas. Begitulah yang Navya lihat siang ini. Raga dan Michelle berpelukan mesra, tepat di depan mata kepalanya sendiri. Andai saja tadi Navya tidak berniat keluar kamar, mungkin semuanya tidak akan ketahuan. Entah kenapa, melihat Raga berpelukan dengan gadis lain, membuat hati Navya sakit. Padahal, gadis itu adalah Michelle. Sahabat dari Navya sendiri.
Tok! Tok! Tok!
"Nav??"
Navya terperanjat mendengar ketukan pintu berkali-kali itu. Buru-buru, ia menyeka air matanya. Navya harus kuat, ia tidak boleh lemah hanya karena masalah ini. Navya tidak bisa berpikiran buruk. Sekuat mungkin ia menepis pikiran buruk perihal Raga dan Michelle. Lagipula, seharusnya Navya meminta penjelasan terlebih dahulu, 'kan?
CEKLEK!
Benda kokoh yang menjadi sekat itu terbuka. Menampakkan sosok Navya dengan mata sedikit berair disana.
"Nav?"
"Kamu ada hubungan apa sama Michi, Ga?" Kalimat pertanyaan yang begitu langsung itu, keluar dengan lancar dan sempurna dari mulut Navya.
Raga mengembuskan napasnya berat. "Gue bisa jelasin, Nav. Apa yang lo lihat, nggak seperti apa yang lo kira," kata Raga.
Raut wajah Raga tampak meyakinkan. Bukan Navya namanya yang gampang dibodohi. Melihat ekspresi wajah saja, Navya mudah sekali terpengaruh.
"Kenapa kamu pelukan sama Michi?"
"Tad—"
"Gue yang peluk Raga, Nav. Kita nggak pelukan. Karena tadi, bener-bener gue yang peluk Raga. Raga nggak bales pelukan itu kok." Tiba-tiba saja, Michelle datang. Menyahut, dan masuk ke pembicaraan.
Raga dan Navya kompak menoleh pada Michelle yang kini tengah melangkah menghampiri keduanya. Jantung Raga benar-benar berpacu sekarang ini. Untungnya, Michelle datang memberikan penjelasan. Ya, walaupun tadinya Raga hendak memberikan alasan. Namun Michelle memberikannya duluan.
"Jangan salah paham, ya? Tadi gue refleks peluk Raga. Soalnya, gue habis curhat sama dia, Nav." Michelle berucap lagi saat sudah sampai di hadapan Navya. Gadis itu memasang wajah sedih.
"Kamu ada masalah ya, Michi?" Navya mendekat, memegangi pundak Michelle sambil mengelusnya.
"Iya, Nav ... hiks." Michelle memulai drama. Ia berpura-pura menangis membuat Raga bingung.
Sebenarnya tipu daya muslihat apa yang tengah Michelle pertunjukan? Singkatnya, begitu yang ada di dalam benak Raga sekarang.
"Kamu ada masalah apa Michi? Kenapa nggak cerita sama aku??" tanya Navya berusaha memperdalam topik. Namun, bukannya buka suara lagi, Michelle malah semakin deras menangis.
Navya dengan sigap merengkuh Michelle dan membawa gadis itu untuk masuk ke kamarnya. Navya tahu, Michelle pastinya butuh sandaran, 'kan? Dan Navya siap jadi sandaran untuk sahabatnya.
Michi dramanya kebangetan, dia bohong pasti. Tapi syukurlah, setidaknya gue sama dia nggak ketahuan batin Raga.
***
"Semoga, masalah kamu cepet selesai ya. Jangan putus asa, aku yakin kamu kuat menjalani ini semua. Lain kali, cerita sama aku ya Michi, aku siap dengerin kok," pesan Navya pada Michelle yang kini sudah siap untuk pulang.
"Makasih ya, Nav. Gue balik." Michelle pamit, diangguki kepala oleh Navya.
"Bawa mobilnya, hati-hati ya, Ga!" pesan Navya pada Raga.
"Iya Nav. Lo tunggu di rumah ya, gue anter Michi balik bentar, oke?" Navya mengangguk patuh sembari tersenyum.
Tak lama berselang, Raga dan Michelle masuk dengan serempak kedalam mobil. Beberapa hitungan detik setelahnya, Raga sudah melajukan mobilnya dengan kecepatan normal. Meninggalkan area pekarangan rumahnya, meninggalkan Navya yang kini mematung seorang diri. Navya masih setia memandangi mobil Raga hingga akhirnya hilang dari pandangan. Termakan jalan.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAGA [SELESAI]
Teen Fiction[DIHARAPKAN FOLLOW SEBELUM MEMBACA] ❝Navya itu seperti lilin. Dia rela membakar dirinya sendiri, demi menerangi hidup Raga.❞ Dijadikan pacar dengan lebel 'pembantu' oleh Raga? Navya tidak masalah. Dijadikan bahan pelampiasan amarah oleh Raga? Navya...