Navya mengambil langkah lebar. Wajahnya merah padam. Deru napasnya memburu, ia menerobos semua orang yang menghalangi jalannya dengan gerakan kasar---semua murid berdecih aneh. Tidak banyak dari mereka mencibir secara terang-terangan. Pasalnya, ini kali pertamanya Navya bersikap ganas. Langkahnya yang lebar bergerak tak tentu arah, bersamaan dengan itu air mata jatuh tanpa bisa dicegah.
DEG!
Langkah Navya terhenti. Jantungnya berdentum seperti menabrak benda bermuatan berat. Tepat di pinggir pintu ruang ekskul modelling, Navya menghentikan langkahnya disana. Ada Raga dan Michelle disana. Tepat sasaran, sangat. Disaat Navya mencari Raga, Dewi keberuntungan memberikan jalan. Jalan untuk Navya menemui Raga.
Untuk apa? Untuk apalagi kalau bukan untuk meminta kejelasan. Navya sudah membaca semua pesan Raga dan Michelle dari awal sampai akhir. Navya tahu, bahwasanya Raga selingkuh.
Navya yang hendak masuk, langsung menghentikan langkahnya sesaat Michelle yang berdiri beberapa meter membelakanginya buka suara....
"Kamu udah makan siang, Ga?" tanya Michelle di dalam
ruangan ekskul modelling."Udah." Raga menjawab pelan.
Sial, karena dari kantin dan tidak sengaja melewati tempat ekskul modelling, Raga jadi harus terjebak bersama Michelle sekarang. Harusnya, tadi Raga cari jalan lain. Sumpah, pikiran Raga sekarang tertuju pada Navya. Gadis itu pasti tengah menunggu minumannya.
"Navya bodoh ya, Ga. Dia mau aku begoin. Orang bodoh kayak Navya, nggak pantas sama orang pintar kayak kamu, Ga." Michelle berucap seraya membenarkan kerah seragam Raga mesra.
Perlakuan Michelle, tak pelak membuat Raga termangu di tempatnya.
"Michi, aku mau ke kelas," kata Raga berusaha pergi.
Michelle menahannya. "Disini dulu, Ga. Udah lama, 'kan, kita nggak mesra-mesraan??" Michelle memperpendek jarak. Ia mengalungkan tangannya di leher Raga. "Kenapa sih, buru-buru?"
Raga meneguk ludah saat salah satu jari lentik Michelle bergerak. Seolah tengah menggambar entah apa di pipi Raga.
"Navya nungguin aku, dia pesan minuman sama aku." Raga berucap seadanya. Tidak ada yang bisa ditutupi saat keadaan seperti ini.
"Ck," Michelle berdecak tidak suka. Air mukanya berubah selaras. "Kenapa sih, Navya terus? Enggak cukup ya? Dia udah jadiin kamu babu, pas dia lagi sakit. Sekarang? Dia udah sembuh, kamu masih mau dijadiin babu sama dia?!!" murkanya.
"Enggak gitu, Michi. Aku kasian sama Navya, dia baru bangun dari sakit. Tugas dia juga banyak, aku nggak mau dia kecapean." Raga berusaha menjelaskan.
"Jadi babu kok, mau sih Ga?" Michelle menatap Raga sambil menggeleng tak percaya.
"Navya enggak pernah jadiin aku babu, Michi!" tentang Raga dengan bass suara sedikit naik.
"Kamu bentak aku?"
"Ck, enggak gitu, Michi. Aku cuma berusaha jelasin sama kamu. Aku gini, karena aku enggak mau Navya sakit lagi. Kamu pikir aku mau kayak gini? Enggak! Aku juga repot gara-gara Navya sakit. Tugas aku banyak. Belum lagi kasih dia makan, cuci baju dan segala macem. Makanya, aku manjain dia sekarang biar dia enggak sakit lagi."
Michelle terpekur, menyimak semua perkataan Raga. Ini kali pertamanya, Raga bicara banyak.
"Aku juga capek gini, aku juga repot gara-gara Navya," ungkap Raga.
Hati Navya teriris mendengar itu. Entah sejak kapan jemari lentiknya mengepal begitu kuat di samping tubuh. Navya benar-benar, tidak menyangka bahwa Raga benar-benar bermain api. Jadi, selama ini semua kecurigaan Navya benar.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAGA [SELESAI]
Teen Fiction[DIHARAPKAN FOLLOW SEBELUM MEMBACA] ❝Navya itu seperti lilin. Dia rela membakar dirinya sendiri, demi menerangi hidup Raga.❞ Dijadikan pacar dengan lebel 'pembantu' oleh Raga? Navya tidak masalah. Dijadikan bahan pelampiasan amarah oleh Raga? Navya...