L I M A

4.1K 349 79
                                    

"NAVYA!! CEPETAN DONG!! UDAH JAM TUJUH INI!!"

Teriakan Raga, tak pelak membuat sang empu yang masih kelimpungan siap-siap untuk pergi ke sekolah itu, berlari kocar-kacir dengan dasi yang masih belum terpasang rapih. Sialnya, baik Raga maupun Navya harus kesiangan bangun. Penyebabnya, hanya satu. Ya, karena semalam mereka tidur terlalu larut.

Pyuh! Navya membuang napasnya yang menderu. Kini gadis itu berhasil ke dalam mobil Raga. Tidak menunggu momentum lebih lama lagi, Raga langsung menancap gas. Di sepanjang perjalanan, Navya sibuk menyisir rambut serta memakai kaos kaki dan sepatu. Maklum, tadi dia tidak sempat untuk melakukan itu. Bahkan, Navya berlari masuk ke dalam mobil Raga pun sambil menenteng sepatunya.

"Ini semua gara-gara lo, gue yakin kita pasti telat." Raga berucap di sela-sela kegiatan mengemudinya.

"Maaf, Ga. Aku kan udah bilang tadi, kamu duluan aja," balas Navya masih sibuk dengan rambutnya.

"Gue nggak mungkin berangkat duluan, dan ninggalin lo, Nav." Raga menimpali cepat.

Navya menoleh mendengar itu. Nyatanya, kejadian semalam perlahan mulai hilang di kepala Raga. Buktinya, cowok itu sepertinya tidak marah lagi.

"Maafin aku ya, Ga. Soal semalam."

"Ck, lupain," decak cowok itu tanpa menoleh.

"Aku janji, nggak akan nanya-nanya yang terlalu berlebihan kayak kemarin." Navya berucap serius. Ada senyuman manis terpatri di bibirnya.

"Gue juga minta maaf karena udah bentak lo. Gue janji nggak akan bentak lo lagi." Navya langsung menggeser duduknya, tanpa izin dan permisi ia langsung memeluk lengan Raga.

Raga terpekur. Memorinya berkelana, bayangan bagaimana Michelle memeluk lengannya semalam terpintas. Kenapa Raga merasa ada yang berbeda.

Kenapa gue merasa lebih nyaman kalau dipeluk Michi ketimbang Navya? batin Raga.

***

Sesuai dengan dugaan Raga, ia dan Navya akan terlambat. Gerbang besi yang menjulang tinggi bak pencakar langit kini sudah tertutup rapat. Raga dan Navya berdecak serempak, mereka mengembuskan napas pasrah. Ya, pasrah untuk kena hukum.

"Gara-gara lo, Nav." Raga mengusap-usap wajahnya kasar.

"Maaf, Ga." Navya mengiba. "Besok-besok janji deh, nggak akan bikin kita telat." Gadis itu membentuk peace di jarinya yang kini terangkat.

Raga berdeham acuh, ia membenarkan posisi jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya. Lalu tidak lama berselang, salah satu satpam datang. Mengetuk jendela mobil, dan sukses membuat Raga membuka kaca tersebut namun tidak sepenuhnya.

"Masuk, guru-guru lagi rapat." Pak Bejo---satpam sekolah itu memberi tahu.

"Jadi, kita berdua nggak kena hukum ya, Pak?" tanya Navya semringah.

"Nggak, makanya cepetan masuk. Mumpung anak OSIS juga nggak jaga," suruh Pak Bejo.

"Makasih, Pak Bejo." Setelah mengucapkan itu, Raga langsung kembali melajukan mobilnya untuk masuk ke dalam sekolah.

Anggap saja, Dewi keberuntungan kini tengah berpihak pada Raga dan Navya. Setelah memarkirkan mobil, keduanya langsung memulai langkah lebar.

"Ga, tungguin dong," Navya tampak kelimpungan. Ia kesusahan berjalan cepat karena tali sepatunya mendadak tak terikat dengan benar.

"Ck, ayo Nav. Nanti ada guru." Raga terus mempercepat tempo langkahnya, bahkan berbicara dengan Navya saja tanpa mau menoleh.

"Ga, tungguin—AKH!"

RAGA [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang