E P I L O G

14.1K 857 118
                                    

6 tahun kemudian....




























Detak jarum jam, bergerak cepat tak membiarkan celah istirahat. Hari demi hari, berganti pada Minggu. Minggu tak tinggal diam, ia berarak lagi ke Bulan. Seolah tak ada istirahat, tahun kini menggantikan. 6 tahun berlalu, banyak hal yang berubah dari hidup Navya. Gadis yang sudah lulus sarjana itu, kini menjelma menjadi seorang penulis. Terkenal.

Karyanya, yang berjudul RETAK YANG MENJADI DETAK sukses dibaca puluhan juta kali di salah satu platform menulis.

Navya tidak pernah membayangkan, bahwasanya ia akan terjun ke dunia kepenulisan. Mendalami sastra, Navya lakukan itu selama 6 tahun terakhir.

"Setiap kali aku jatuh cinta atau bahkan sakit hati, aku suka menulis apa yang aku rasa sesungguhnya. Dan buku aku, yang berjudul RETAK YANG MENJADI DETAK, adalah kisah nyata. Kisah Navya dan Raganya."

Suara Navya, itu suara Navya. Terdengar lembut, begitu sopan masuk ke telinga. Ia kini duduk, di panggung, di atas sofa. Dengan mic di tangan, Navya Azura kini tengah melakukan acara launching untuk bukunya. Buku ke-10, yang berhasil membuat para pembaca terenyuh.

"Oke semua, kita langsung ke sesi tanya jawab ya." Dewi—MC di acara launching itu. "Siapa yang mau bertanya, nih?"

Semua pembaca setia Navya yang duduk berjejer sesak mengacung semua. Membuat Navya tersenyum lebar, karena begitu senang melihat antusiasme pembacanya.

"Wah banyak sekali nih, Dewi jadi bingung. Em, kamu aja deh, yang pakai baju biru!" Dewi menunjuk seorang gadis remaja di belakang.

Suasana langsung sepi senyap, membiarkan orang yang ditunjuk MC untuk mengajukan pertanyaan pada Navya.

"Kak Navya, izin bertanya. Kan buku Kak Navya, itu cerita asli Kakak. Nah, ending kisah cinta Raga sama Navya sama kayak di buku, gak?" tanya gadis yang memakai baju berwarna biru itu.

"Kenapa Raga sama Navya pisah? Apakah di dunia nyata, Raga sama Navya juga pisah? Kenapa Navya meninggalkan Raganya? Sekarang dimana Raga?" Salah satu gadis di sebelah ikut melontarkan pertanyaan.

Navya tersenyum getir mendengar pertanyaan itu. Pertanyaan, yang sebenarnya ia hindari. Namun, Navya sadar. Ia tidak bisa terus menghindar. Navya harus memberikan kejelasan.

"Baik, kita akan persilahkan Kak Navya menjawab ya. Silahkan Kak Navya, dijawab." Dewi mengulurkan mikrofon pada Navya.

Atensi ratusan pasang mata kini benar-benar tertuju pada Navya. Gadis yang kini mengenakan dress navy itu, tidak henti-hentinya mengulum senyum.

"Ending di buku, sama ending di kisah nyata. Sama, kok. Enggak ada perubahan. Pada dasarnya, Raga dan Navya enggak bisa bersama. Kenapa Navya meninggalkan Raganya?" jeda sejenak, Navya menghapus air matanya yang tiba-tiba saja jatuh.

"Karena semesta tak berpihak pada keduanya. Sekarang, Raga mungkin masih di Jakarta. Mungkin juga dia udah nikah, sama Michelle. Dan aku, udah ikhlasin semua. Karena enggak semua, apa yang aku inginkan, dan apa yang aku harapkan bisa kejadian," lanjut Navya dengan suara bergetar.

"Tapi satu hal yang pasti, Navya akan terus mencintai Raganya."

"Dan Raga, juga akan mencintai Navyanya."

Deg! Ratusan kepala menoleh, ke sumber suara. Suara seorang cowok di balik pintu yang tertutup. Navya dan Dewi kontan berdiri. Jantung Navya bergemuruh, ia kenal suara itu. Suara orang dicintainya dulu, bahkan sampai sekarang.

CEKLEK!

Pintu gedung launching yang diadakan tertutup itu, bergeser. Menampakkan sesosok cowok bertubuh jangkung dengan setelan jas rapih.

"Raganya Navya, kembali." Cowok itu bersuara lagi. Dia Raga. Raganya Navya.

"OMGGGG KAK RAGA GANTENG BANGET!!!"

"KAK AKU FANS BANGET SAMA KAKAK!"

"OMO OMO OMO KAYAK BRIGHT, HIKS MUKANYA!!!"

Raga berjalan, melewati bangku-bangku para pembaca Navya dengan gagah. Cowok itu tersenyum, namun sorot matanya tak bisa bohong bahwa ia membendung sebuah genangan air.

"Katanya, semesta tidak berpihak. Iya, itu dulu. Tapi sekarang? Semesta akan berpihak pada kita Navya," ujar Raga yakin.

Navya menggeleng tidak percaya. Kenapa Raga bisa ke Manado? Dan kenapa tidak bersama Michelle, yang jelas-jelas seharusnya ada disampingnya sebagai seorang istri.

Deg! Jantung Navya terasa jatuh ke perut sesaat Raga naik ke panggung dan berdiri di depannya. Raga tidak berubah, ia tetap Raga yang tampan. Namun saja, ada sedikit kumis tipis. Dan Navya juga melihat, sepertinya Raga sudah sukses. Pakaiannya rapih, sudah seperti orang sukses kalangan atas.

"Ra-ga?" Navya gelagapan, tangannya bergetar perlahan naik, memegangi pipi Raga dan mengusapnya.

"Nav, ini aku. Aku datang, sesuai dengan janji aku di bandara enam tahun lalu." Raga menangkup wajah Navya, membuat ratusan pembaca Navya itu berteriak histeris.

Tanpa berkata-kata, Navya langsung menerjang tubuh Raga dan memeluknya erat. Raga balas memeluknya tak kalah erat. Ia menyimpan dagunya di pundak Navya. Kedua tangannya kekar Raga ia alih fungsikan untuk mengusap punggung Navya.

"Nav, disaat kamu pergi. Disaat itu juga, pertunangan aku dan Michi gagal. Pak Hardjojo ditangkap polisi, dia korupsi di perusahaan kakaknya sendiri, Nav." Raga menjelaskan, Navya menangis.

"Terus kamu kemana aja, Ga? Kenapa kamu enggak langsung cari aku, hiks?" Navya semakin kian hebat.

"Aku tengah mempersiapkan diri, Nav. Mempersiapkan diri agar pantas untuk kamu. Aku pengen, benar-benar berdiri di kaki aku sendiri, tanpa embel-embel harta papah lagi. Dan aku berhasil Nav, dan sekarang aku datang. Untuk menjemput kamu pulang," bisik Raga.

"Ga ... hiks. Aku cinta kamu!" tangisan Navya semakin pecah. Disaksikan oleh ratusan pasang mata, Navya dan Raga menguraikan rasa rindunya.

"Aku juga, Nav. Lebih, dari apapun," balas Raga mengeratkan pelukannya lagi.

Rasa rindu, yang selama ini Navya tabung akhirnya pecah juga sesaat ada di pelukan Raga. Seolah, dunia hanyalah milik berdua, mereka terus saling berpelukan erat. Navya dan Raga benar-benar merasakan bahwa waktu kini berputar hanya untuk keduanya saja.

"KAK RAGA!! NIKAHIN KAK NAVYA!!!" celetukan salah satu pembaca, membuat Raga dan Navya melerai pelukannya sambil tertawa kecil bersamaan.

"NIKAHIN!! NIKAHIN!!"

"NIKAHIN!!! NIKAHIN!"

"AYO! JANGAN BUAT ENDING KAYAK DI BUKU, DI KISAH NYATA HARUS BERSAMA!!

Suasana mendadak heboh, ratusan pembaca Navya mendemo Raga. Jelas Raga tidak tinggal diam, ia mengambil mikrofon di atas sofa. Dan, bersimpuh di hadapan Navya.

Raga meraih tangan Navya, membuat gadis itu urung menatap kearah lain, selain pada bola mata cowok itu. Raga mendekatkan mikrofon ke bibirnya, bersiap untuk mengucapkan kalimat yang selama ini Navya tunggu kedatangannya.

"Will you marry me?"

Navya tak kuasa untuk membendung air matanya lagi. Padahal, ia niatnya tidak ingin menangis.

Setelah menyudahi tangisannya, Navya mengangguk kemudian.

"Yes, I will."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 13, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

RAGA [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang