Tidak terasa, SHS's story akan diselenggarakan dalam satu minggu ke depan, tentu saja semua pihak SHS sibuk mempersiapkan segala macam properti untuk hari puncak, nanti.
Namun, ada hal yang mengganjal di dalam kelas, yaitu ketidakhadiran Lisa yang tidak memberikan keterangan apapun pada sekolah juga anggota kelasnya, bahkan Bambam itu sendiri.
Bambam sudah berkali-kali mencoba menghubungi Lisa sejak pagi, namun ponsel perempuan itu tetap tidak aktif dan berujung dengan suara operator yang terdengar pada ponsel Bambam.
Bambam sangat mengenal Lisa, perempuan itu bukanlah seseorang yang akan menghindar dari kenyataan atau lari dari masalah, karena prinsipnya ialah masalah akan terus berdatangan saat kau bahagia, jadi kalau tidak dihadapi sekarang, mau dihadapi kapan? Begitulah.
Tetapi kali ini, bahkan sudah sangat dekat dengan hari puncak dan Lisa tidak hadir tanpa keterangan, beberapa lomba yang harusnya diikuti oleh Lisa pun harus diganti oleh anggota kelas yang lain.
Mengingat kejadian yang langka seperti ini, Bambam hanya memiliki satu kemungkinan dalam pemikirannya, kemungkinan dengan rasio paling tinggi menurutnya.
Saat Bambam mencoba untuk menghubungi Mama Lisa, suara Mama Lisa terdengar khawatir seraya berucap pelan pada Bambam, "Lisa dari pulang sekolah kemaren nggak keluar kamar, Bam. Bahkan belom makan sampe sekarang, kamu tau kenapa? Dia pulang sekitar jam tujuh malem dan nggak bilang apa-apa ke Mama."
Seperti itulah yang Mama Lisa katakan, Bambam kemarin sama sekali tidak tahu Lisa pergi kemana sehabis latihan bersama anggota kelas yang lain. Padahal, setelah latihan band, Bambam pergi bersama yang lain untuk nongkrong bersama sembari mengisi perut mereka, dan saat itu juga tengah balas-balasan pesan bersama Lisa, sampai pesan terakhir yang bertanya apakah Lisa sudah pulang atau belum, belum dibaca apalagi dijawab sampai saat ini.
Khawatir? Tentu saja, bahkan mungkin sekarang ini ia benar-benar tak tenang. Pikirannya seolah kacau, apalagi saat memikirkan kemungkinan terburuk apa yang akan Lisa lakukan.
Ia yang tengah melamun di kantin dengan botol Fruit Tea ditangannya, jadi sedikit tersentak dan hampir mengumpat karena kehadiran Jungkook yang tiba-tiba dihadapannya.
"Lo ngapain sendirian di kantin, ngelamun sambil alis ngerut gitu? Serem lo, kek lagi mengintimidasi orang-orang yang lewat." Ujar Jungkook sembari melahap satu bulat penuh takoyaki yang sudah berlumuran saus cabai dan mayonnaise.
Bambam mendengus keras, "Lo bisa nggak si kalo dateng tu pake salam pembuka?" Ucap Bambam dengan sewot dan mata yang mendelik pada Jungkook, kembali meneguk Fruit Teanya yang tinggal setengah.
"Idih, mau banget lo dapet salam berharga dari seorang Jeon Jungkook? Jangan ngarep ye, monmaap aja." Ucap Jungkook, kembali melahap takoyaki yang membuat mulutnya penuh.
Bambam hanya mencibir pelan, tidak banyak memberikan respon apapun atas perkataan Jungkook yang terdengar menyebalkan, alis lelaki itu kembali berkerut dengan jari telunjuk yang mengetuk-ngetuk pelan meja kantin.
"Lo mikirin Si Wibu?" Tanya Jungkook, membuat Bambam menoleh pada lelaki bergigi kelinci yang asik dengan takoyakinya itu.
Bambam mengangguk pelan, "Gue nggak tau kenapa Lisa nggak sekolah, bahkan Mamanya juga sama. Dia dari pulang sekolah kemaren nggak keluar kamar, belom makan juga." Ungkap Bambam.
"Ujan-ujanan lagi kali, tu anak 'kan bebal banget kalo dibilangin, 'kan?" Ucap Jungkook.
"Lo pikir aja anjrit ujan-ujanan, dari kemaren aja gersang mulu kagak ada ujan!" Ucap Bambam.
Jungkook terkekeh pelan sembari menutup kotak takoyakinya yang sudah habis, "Iya juga ya kagak ada ujan kemaren. Diye lagi galauin wibuannya kali, Bam. Lo terlalu khawatir ama anaknya, dikira anak ayam segede takoyaki apa, orang dah umur lapan belas juga." Ucap Jungkook.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy Crush! [Local AU] | END ✓
Fanfic- "Dih, Wibu!" -Jungkook. "Brisik lo, Penboy." -Lisa. - Tentang Lisa, si cewek yang dunianya dipenuhi oleh lelaki dua dimensi, terjebak oleh masa lalunya sendiri. Juga tentang Jungkook, lelaki bergigi kelinci yang selalu saja mengibarkan bendera pe...