Jungkook melihat pantulan dirinya di kaca tinggi yang ada dalam kamarnya, ia memakai celana denim panjang dengan baju putih polos pendek yang dibalut dengan jaket bomber berwarna hitam dan oranye.
Beberapa kali ia memeriksa tampilannya, siapa tau ada yang janggal atau tidak cocok untuknya hari ini. Padahal 'kan, ia hanya akan pergi ke Gramedia dan membeli buku untuknya persiapan UTBK-SBMPTN nanti.
Bahkan, Mamihnya sudah berhasil dibuat kesal olehnya lantaran lelaki bergigi kelinci itu beberapa kali ke dapur dengan beberapa setelan pakaian berbeda dengan pertanyaan yang sama, "Mih, cocok gak? Dibanding yang tadi, bagusan yang mana?"
Namun pada akhirnya, ia memilih setelan pakaian pertama yang ia tanyakan pada Mamihnya.
Jungkook keluar dari kamarnya, tangan kanannya memegang kunci motor yang diberikan gantungan berbentuk bola basket. "Mih, Jungkook berangkat ya." Ucap Jungkook yang mendekat ke arah Mamanya untuk berpamitan.
"Eh, sini dulu sini!" Titah Mamihnya dengan tangan yang mengisyaratkan agar Jungkook lebih mendekat lagi. "Makan dulu, kamu belum makan." Ucap Maminya, menaruh sandwich berisi telur, keju dan sosis untuk Jungkook.
Jungkook menatap Mamihnya bersiap untuk memberikan protes, namun ia urungkan niatnya saat Mamihnya berucap padanya. "Gak nerima protes, nggak sarapan, gak bisa keluar rumah." Ucap Mamihnya yang kemudian duduk di hadapan Jungkook, membuat Jungkook mau tak mau duduk di kursi meja makan dan mulai memakan sarapannya.
"Tumben wangi banget, tujuh hari tujuh malem nggak ilang tuh wanginya." Celetuk Mamihnya dengan tatapan yang seolah menyiratkan sesuatu.
Jungkook sedikit terbatuk mendengar celetukan Mamihnya, ia mendongak dan menatap Mamihnya bersiap untuk protes. "Apaan, Mih? Biasanya juga begini, Mamih aja yang nggak sadar kalo anaknya wangi banget." Elak Jungkook.
Mamihnya mengangguk-ngangguk pelan setelah mendengar elakan dari Jungkook, namun Jungkook rasa, ekspresi wajah Mamihnya masih kurang meyakinkan. "Jadi, mau pergi sama siapa hari ini?" Tanya Mamihnya.
Jungkook pasrah, Mamihnya memang selalu saja tahu semuanya tanpa Jungkook beritahu. "Temen." Jawab Jungkook singkat, sama sekali tidak ingin memberitahukan apakah teman perempuan atau teman lelaki pada Mamihnya.
"Siapa namanya?" Tanya Mamihnya lagi, sudah seperti menginterogasi Jungkook saja.
"Mih, kok jatohnya kayak nginterogasi gini? Emangnya Jungkook abis balap motor apa?" Dengus Jungkook, menghabiskan sandwichnya.
"Aelah nama doang, bukan status kalian juga." Ucap Mamihnya dengan nada bicara anak remaja, dan di telinga Jungkook, nada bicara itu terdengar familiar.
Jungkook berdeham pelan, mengalihkan tatapannya ke arah gelas yang berisi air putih seraya berucap dengan singkat, "Lisa." Ucap Jungkook, sama sekali tak ingin menatap wajah Mamihnya.
Mamihnya semakin penasaran saat Jungkook sudah memberitahukan nama Lisa dan semakin mencondongkan dirinya kepada Jungkook, tanda bahwa masih banyak lagi pertanyaan yang akan dilontarkan. "Masi pdkt nih?" Tanya Mamihnya.
"Apasih Mih? Enggak ada pdkt-an, bentar lagi UAS terus nyari cara buat masuk kampus negeri dulu." Jawab Jungkook.
Mamihnya berdecak pelan, "Yaudah mana sini kenalin aja ke Mamih, tanyain dia sukanya apa nanti Mamih masakin." Ucap Mamihnya sebagai permintaan final.
"Mih," Panggil Jungkook dengan ekspresi lelah, lelah karena sudah berapa kali ia bilang bahwa Lisa bukan siapa-siapa dan hanyalah teman?
"Jung," Ucap Mamihnya meniru ekspresi, nada bicara dan juga gerak tubuh yang Jungkook lakukan barusan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy Crush! [Local AU] | END ✓
Fanfic- "Dih, Wibu!" -Jungkook. "Brisik lo, Penboy." -Lisa. - Tentang Lisa, si cewek yang dunianya dipenuhi oleh lelaki dua dimensi, terjebak oleh masa lalunya sendiri. Juga tentang Jungkook, lelaki bergigi kelinci yang selalu saja mengibarkan bendera pe...