27| 💍

2.4K 216 27
                                    

🌺Vote and comment will be greatly appreciated... 🌺

Now Playing:

Hello-Joy













Matahari masih belum sepenuhnya tergelincir ke atas, namun pagi itu tampak lebih terang daripada biasanya.

Terlalu awal untuk mendengar deru mesin kereta api yang melewati rel belakang apartemen.

Di halaman depan, terlihat sebuah mobil terparkir manis. Kacanya terbuka menampakkan seorang pria berkaos hitam dengan kacamata serupa melambai dari dalam.

"Om Doktelllll!!!" pekik si bocah kegirangan begitu mengenal siapa sosok tersebut.

Dengan mata bersinar, anak itu berlari membelah halaman, meninggalkan ibunya yang berjalan menuruni tangga karena perbaikan lift.

Mark segera turun dari mobil dan menggendong Letta dengan sebelah tangannya.

"Ouhhhh...Letta sayang, udah sarapan?? Kok teriaknya kencang banget??"

"Sudahhhh..." sahut anak itu semangat. "Om Doktel juga ikut ke pantai??" Tangan mungil itu meremat pada kaos Mark, membuat si empu merasa gemas.

"Ikutt dong...kan nemenin Letta buat istana pasir..."

"Om Doktel bisa buat istana pasir??"

"Bisa lah...Om Dokter gitu loh...nanti Letta lihat aja..."

Keduanya saling ber-high five ria sampai tak sadar jika Yena sudah berdiri tidak jauh dari sana.

Wanita itu menatap penampilan Mark dari atas ke bawah lantas melongo.

"Kenapa?" tanya Mark bingung.

Dengan pandangan menghujat, Yena hanya menggeleng pelan. Ternyata, selain bersikap narsis, pria itu sering lupa umur.

Lihatlah penampilannya sekarang. Daripada dokter, Mark malah lebih terlihat seperti abg labil yang sedang puber.

Kaos polos hitam, kalung di leher, jaket varsity, celana jeans, ikat pinggang metal, rambut acak-acakan...

Mungkin itu semua akan terlihat agak normal jika saja kacamata hitam mencolok itu tidak hadir.

"Ya udah, ayo buruan masuk! Ini aja yang dibawa?" tanya Mark sembari merebut tas jinjing bawaan Yena.

Sepertinya Mark memang ingin memamerkan urat tangannya.

Dengan tangan sebelah menggendong Letta, pria itu masih mampu membuka pintu bagasi mobil dengan mudah.

"Buruan! Kenapa bengong di luar?"

Yena menepis pikiran absurdnya lantas menurut.

Kebetulan, mobil yang dibawa Mark kali ini adalah mobil Jeep dengan kaca terbuka. Tentu saja membuat Letta kegirangan duduk di bangku belakang sambil menikmati angin. Gadis itu tak berhenti-hentinya mengoceh seperti orang dewasa, membuat Mark terus-terusan tertawa.

"Letta gak bohong, Om Doktel...Kemarin Bu Rini pacalan sama papanya Jihan..." adu bocah itu sok iya.

"Letta! Siapa yang ngajarin kamu kayak gitu?" tegur Yena tak habis pikir.

Bukannya ikut menasihati, Mark malah tertawa kencang, seakan mendukung Letta untuk terus bergosip.

"Serius?? Hahaha....terus mereka ketahuan...? Gimana ketemuannya?"

Paper Rings| Mark Lee ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang