Prolog: Kapsul Waktu

7.2K 379 13
                                    


Untukmu pemicu rasa sakit,
Dari aku yang selalu berdarah.































"Ini aja deh. Kalau nanti ada re-stock, langsung kabarin aku ya, Kak!"

Seorang gadis dengan rambut pony tail mengangsurkan sebungkus cokelat ke meja kasir, lalu mengambil dompetnya yang ada di dalam ransel.

"Sekalian juga ya, Kak."

Belum sempat Yena mengeluarkan uang, seorang cowok tiba-tiba menaruh sebuah benda ke dalam belanjaannya seenak jidat.

Dia Mark. Sahabat sekaligus rivalnya sejak dulu.

Mark Lee, si biang kerok yang sering menyebut dirinya sebagai Dewa Hermes.

"Sekalian..." kekehnya enteng.

Mata Yena memandang horor pada benda ambigu yang diletakkan cowok itu di meja, lantas menaikkan pandang pada pelaku dengan tatapan meminta penjelasan.

Kondom sutera.

Apa-apaan ini??

"Dalam acara kelulusan ya, Dek?" tanya penjaga kasir menahan senyum.

"Wah...kalau musim kelulusan kayak gini, emang banyak yang beli sih. Tapi saya kaget loh, kalian langsung beli ke apoteknya langsung..."

Krikkk

Ha?

"Boleh boleh aja sih, tapi jangan kasar-kasar ya mainnya. Tetap berpegang pada aturan. Kasihan yang cewek. Jangan lupa, jangan dikeluarin di dalam. Meski udah pakai pengaman, efektifitasnya cuma 98 persen. Kalau pemakaiannya salah, bisa bahaya, bakal terjadi pembuahan."

Mata Yena nyaris keluar dari rongga.

Ini maksudnya apaan sih?

"Hah? A-apaan sih Kak? D-dia bukan teman saya, orang saya nggak kenal!"

Buru-buru Yena memberikan uang cukup ke arah penjaga.

Ia yakin pipinya sudah merah saat ini. Mark benar-benar kurang ajar. Lihatlah, dia malah tersenyum puas tanpa rasa bersalah.

"Ya elah, sayang...sekalian dong. Nanti aku ganti kok. Kan nanti juga kita pakai bareng..."

"Uhukk!!"

Demi neneknya Tapasya, Yena hampir tersedak oleh ludahnya sendiri. Ia menatap Mark tajam.

"Lo apa-apaan sih anjir, gue bukan pacar lo ya!"

"Mbak ih, cepetan dong!" desaknya berpaling kepada si kasir yang hanya menonton.

"Apanya?"

"Kembaliannya lah!"

Si kasir itu meringis kecil. "Tapi uang kakak udah pas..."

"Hah?"

"Uang kakak pas. Kakak ngasih uangnya pas. Gak ada kembaliannya..."






Shit.

Rasanya Yena ingin menjedotkan kepala Mark ke arah display es krim di depannya.

Dengan wajah terbakar, ia langsung mengambil cokelat itu dan berjalan cepat keluar apotek, meninggalkan Mark yang berkelakar puas di belakang.

"Sayang..."

"Kok nggak sekalian sih??"

"Mau nggak pakai pengaman aja berarti??"

"Bodo!!"

"Oke siapp, aku bakal pelan-pelan kok~"

"Mati aja lo, Mark!!!"

Ya beginilah kehidupannya. Setiap detik ia harus dibayang-bayangi oleh organisme tidak jelas seperti dia.

Namanya Mark Lee. Cowok ter-absurd yang kegilaannya menyamai Chaplin dan Mr. Bean. Bahkan Yena berpikir jika temannya itu tidak kebagian otak saat pembagian kewarasan.

Keturunan Korea yang asalnya dari Kanada, tapi dia pindah ke kotanya dan menjadi bagian dari '56th Street Avenue' pada umur 7 tahun.

Mereka tumbuh menjadi sepasang teman gila yang sering bertengkar. Sepasang bebek dan singa yang pernah mengubur kapsul waktunya di pekarangan belakang rumah.

Dan inilah kisah mereka. Tentang Mark dan Yena, serta perasaannya yang diam-diam tumbuh, namun berusaha disembunyikan.




🐯 • • • 🐥

Copyright © Rey|2020

Masih belajar membuat typing yang bagus.

Chapter awal Inspired by: Love, Rosie

Paper Rings| Mark Lee ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang