14| 💍

2.8K 245 25
                                    

🌺Vote and comment will be greatly appreciated... 🌺





























"Mark? Hei! Bangun!"

Seorang wanita melangkah cepat ketika mendapati sang kekasih mengigau. Buru-buru ia berjalan keluar dari kamar mandi dengan balutan bath robes warna biru muda.

Permainan ranjangnya dengan Mark semalam membuat ia kurang tidur dan memutuskan untuk mandi agar lebih segar.

"Bad dream?" tanyanya khawatir.

Sementara itu, si lelaki terjaga dengan wajah penuh peluh dengan keringat yang membanjiri tubuh atasnya yang polos.

"Udah pagi?" tanya Mark kepada Karina.

"Not yet, babe. Ini masih jam empat pagi. Are you okay? You look so awfull..."

Mark terengah memperhatikan jam yang tergeletak di nakas. Benar saja. Ini masih terlalu pagi untuk memulai hari.

Nafasnya terengah. Lelaki itu menatap ke satu titik dengan pandangan kacau.

Mimpi itu lagi....

Bahkan ia tidak kenal siapa anak kecil yang selalu ia temui di mimpinya. Tapi mimpi itu selalu datang layaknya ritual.

Mendapati sang tunangan gelisah, Karina mencoba menenangkannya. Diusapnya dada Mark pelan untuk kembali tidur.

"Mimpi itu lagi?"

Mark mengangguk linglung. Pandangannya masih kosong. Entah kenapa di saat ia kelelahan, mimpi itu selalu datang.

Mimpi tentang seorang anak yang memanggilnya kencang sembari menangis.

"Itu cuma mimpi buruk, Mark....I'm here for you..." ujar Karina menenangkan.

"Mending kamu tidur lagi. Nanti aku bangunin. Besok kan kita ada penerbangan sore..." Karina mengusap lembut dahi Mark yang berkeringat. Merapikan poninya yang berantakan sisa semalam.

"Kita take off jam berapa?" tanya Mark.

"Jam enam sore. Papa ngasih izin kita buat mulai kerja lusa..."

Mark mengerjap kecil. "Papa kamu udah balik?"

Karina menggeleng.

"Belum sih.... Masih liburan di Nevada sama temannya. Pulang bulan depan..."

"Sayang banget dia nggak ada di sana pas hari pertama kamu jadi kepala rumah sakit..." lanjut wanita itu kecewa.



Setelah melalu berbagai lika-liku sekolah kedokteran, akhirnya mereka akan mulai bekerja besok.

Tentu saja Karina bahagia.

Karena mulai besok ia akan bekerja di rumah sakit yang sama dengan Mark.

Apalagi Mark akan diangkat menjadi direktur rumah sakit tersebut.

Kepintaran laki-laki itu membuahkan hasil yang tidak mengecewakan papanya.

Buktinya saja, ia sudah mempercayakan rumah sakit cabangnya kepada calon menantunya.



"Kamu habis mandi?" tanya Mark baru sadar. Matanya memperhatikan tubuh Karina dari atas ke bawah.

"Iya..."

"Kenapa?"

Karina memutar mata jengah.

Paper Rings| Mark Lee ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang