24| 💍

2.4K 202 11
                                    

🌺Vote and comment will be greatly appreciated... 🌺











Selepas dari restauran, Yena tidak mengeluarkan sepatah kata sama sekali. Wanita itu sibuk mengatur wajahnya yang terbakar karena kalimat Jevin.

Bahkan, saat di mobil, ia tampak diam layaknya manekin. Menatap depan sambil menahan wajahnya yang tersipu.

Jevin itu benar-benar...

"Ehem...ini mau mampir ke kafe sekalian, apa langsung pulang?" tanya Jevin melirik. Rupanya pria itu jadi merasa kikuk.

"P-pulang aja...jam segini Letta biasanya tidur siang..." jawab Yena tanpa menoleh. Tangannya terkepal erat memegangi sabuk pengaman.

"Mamaaaa...nggak mau pulang.... Mau mampir ke kafenya Uncle Je..." Tiba-tiba dari arah belakang Letta menyahut.

"Tapi kamu harus tidur sayang...kamu mau, kepalanya pusing kayak kemarin? Tuh...matanya aja udah ngantuk!"

"Ih...enggak ngantuk...pokoknya Letta mau ke kafe...Letta mau ketemu Kak Yasmine." Anak itu masih ngotot.

"Buat apa, sayang?? Kak Yasmine jam segini kan juga kerja...kapan-kapan aja ya??"

"Nggak mau. Pokoknya Letta mau ikut uncle. Kalau Mama mau pulang, pulang aja sendiri!" tolak Letta kekeuh.

Yena menghela nafas panjang, berusaha memberikan pengertian pada si anak.

"Nanti kamu siapa yang jaga, coba? Jam segini kafe kan ramai..."

Jevin yang sedari tadi mendengar interaksi itu akhirnya ikut turun tangan.

"Letta mau beli sesuatu emangnya?"

Anak itu menggeleng.

"Terus kenapa?"

"Mau ketemu Kakak Yasmine..."

Jevin membasahi bibir sebelum menginjak rem ketika lampu merah di depannya menyala.

"Pengen banget, hmm? Kan Letta harus tidur siang...kalau gak tidur nanti kepalanya pusing terus sakit...emangnya Letta mau?"

Anak itu cemberut saat dinasihati Jevin.

"Ya udah kalau gitu kita ke kafe besok aja gimana? Kamu mau ketemu Kak Yasmine kan? Hari ini Kak Yasmine nggak masuk," bohong Jevin.

"Uncle, beneran?"

Jevin mengangguk. "Beneran. Suwer. Tadi pagi aja Kak Yasmine izin uncle buat cuti. Katanya lagi ngunjungin neneknya yang ada di desa. Jadi, besok aja ya sayang...kasihan Mama kamu lagi sakit..."

Belum puas dengan tawaran Jevin, Letta masih saja merajuk. Yena yang melihat itu jadi merasa tidak enak.

"Udahlah, Jev. Nggak usah didengerin...biar aku yang jelasin nanti."

Jevin terdiam sejenak sebelum mengambil sesuatu dari dashboard mobil. Sebuah kertas undangan berwarna cokelat dengan aksen emas yang begitu elegant.

"Eum...sebenarnya mau gue kasih lo nanti. Tapi berhubung saat ini Letta rewel, gue kasih sekarang aja," ujar Jevin.

Yena mengernyit, lalu membuka undangan tersebut.

"Malam nanti kafe lagi ada launching menu baru spesial valentine."

"Kalau lo pengen ikut..."

"Ajak aja Letta. Nanti ada pertunjukan pianonya juga, kok. Letta pasti suka."

Yena cengo di tempat, lantas menatap Jevin tidak percaya.

Paper Rings| Mark Lee ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang