45| 💍

2.3K 155 21
                                    












Malam semakin larut. Jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam, tapi api unggun di depan tenda itu masih menyala, berkobar menjilat marshmellow yang dipegang Mark dengan erat.

Pria itu merenung, menatap langit malam yang tampak cerah, hingga sebuah suara mengalihkan atensinya dari sana.

"Masih belum tidur?" Yena keluar tenda dengan jaket tebalnya.

Pria itu tersenyum, menyambut kedatangan sang wanita.

"Not yet...masih belum ngantuk..." balas Mark sedikit menggeser tubuh agar Yena bisa duduk di sampingnya. "Kamu sendiri, kenapa masih bangun?"

"Nggak bisa tidur. Tadi siang udah ketiduran, jadi sekarang susah buat tidur..."

"Ya udah, sini! Temenin aku lihat langit," goda Mark menepuk sisi lain karpet.

Yena mencibir, walau begitu tetap menurut.

Ia masih malu karena kejadian tadi. Jadi, setelah menyanyikan 'Best Part' dengan tatapan intens-nya, tanpa diduga Mark berlutut sembari mencium punggung tangannya.

Sukses membuat semua orang menganga tidak percaya. Bahkan Zelo sampai berteriak kesetanan sambil menutup mata Letta untuk tidak melihat apa yang terjadi di depannya.

Pria itu benar-benar gila.

Gara-gara Mark, semuanya jadi tahu hubungan mereka. Tentu saja Zelo yang paling terguncang.

"Masih marah, hmm?" tanya Mark lembut.

"Menurut kamu?"

Pria itu terkekeh. "Masih hehe..."

"Udah tahu, pakai tanya! Sekarang semuanya jadi tahu hubungan kita! Zelo juga. Pasti dia bakal mikir yang macem-macem..." gerutu Yena jengkel.

"Gak papa dong, kan nanti cepat atau lambat mereka juga bakal tahu," balas Mark santai.

Pria itu menoleh ke tenda.

"Yang lainnya udah tidur?"

Yena mengangguk. "Letta udah tidur sama Zelo di dalam..." jawabnya melirik. "Kayaknya sih kecapean."

Sebuah garis tipis terbentuk di bibir Mark. Ia jadi ingat kejadian di supermarket tadi.

"Kamu nyuruh dia buat ngawasin kita, ya?" tanya Mark memicing. "Buat ngawasin aku sama Haevan?"

"Letta?"

Alis Yena terangkat tidak percaya. "Emangnya dia bilang kayak gitu ke kamu?"

Mark memutar mata lelah. "Tahu sendiri lah gimana pintarnya anak itu..."

"Gara gara dia, aku sama Haevan
n gak jadi berantem..." ujarnya memberitahu. "Katanya kalau aku berantem, nanti gak diijinin buat tinggal sama kalian..."

Yena terkejut tidak percaya. "Dia bilang kayak gitu? Aku gak ngajarin loh! Sumpah!"

Mark menggeleng tak habis pikir. "Kan udah aku bilang. Dia pinter banget. Aku aja kaget."

"Cara dia ngomel kayak kamu banget..." tambah Mark memberitahu.

Mendengar itu Yena tergelak. Entah kenapa menurutnya, Letta malah lebih mirip dengan Mark daripada dirinya. Cara dia merajuk, cara dia mengomel, cara bicaranya, cerewetnya...

Semua persis seperti Mark. Tidak bisa diam.

Mark mengulum bibir sesaat, sebelum melirik kembali ke arah Yena.

"Aku penasaran gimana reaksi ayahnya kalau lihat dia. Pasti dia bangga banget punya jagoan sehebat Letta..." gumam Mark pelan.

"She like him, right?" tanya Mark kepada Yena. "Daripada kamu, aku pikir Letta mirip banget sama ayahnya...(?)"

Paper Rings| Mark Lee ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang