56|💍

2.6K 182 18
                                    

*menye-menye detected



Dinginnya lantai tidak membuat Zelo berhenti mengejar Yena yang kini masuk ke dalam ruang HCU.

Dengan tegar, pemuda itu menemani kakaknya yang terkapar lemas di atas brankar.

Ditatapnya sang kakak dengan tatapan cemas bercampur takut. Ia tidak ingin kakaknya pergi.

Demi Tuhan, jika ia tahu cerita akan berjalan seperti ini, ia tidak akan membiarkan kakaknya masuk ke dalam taksi dan terpental jauh di tengah jalan.

Lebih-lebih saat ia tahu jika sopir taksi meninggal di tempat karena terjepit badan mobil.

Ia tidak bisa membayangkan jika kakaknya atau Letta yang berada di posisi itu.

Saat sibuk berdoa, seorang suster menghampirinya yang berdiri di samping kursi.

"Permisi, Anda walinya?"

Zelo menggeleng linglung. "B-bukan, Sus. Saya adiknya. Papa saya lagi di rumah. Jadi kalau ada yang dibicarakan, saya bisa mewakili..." ucap Zelo berusaha tenang.

"Oh...begitu. Dengan saudara siapa?"

"Z-zelo...."

"Zelo Pramudya..."

Suster itu mengangguk, lantas mengangsurkan selembar kertas kepadanya.

"Tolong tanda tangan sebelah sini sebagai perwakilan wali."

Karena belum mendapat jawaban, pemuda itu menodong dengan tatapan cemas.

"Ini surat apa?! Kakak saya nggak kenapa-napa kan??"

Suster itu tersenyum. "Tenang, pasien tidak mengalami luka serius. Ini hanya formalitas untuk pemindahan pasien ke kamar biasa."

"T-tapi....kenapa dia belum sadar?? Suster nggak bohongin saya kan? Dia beneran nggak papa??"

Suster itu tertawa pelan. "Kenapa saya harus bohongin adek? Pasien cuma pingsan karena syok. Tidak mengalami luka dalam yang serius. Hanya luka luar pada lutut dan pipinya saja karena pecahan kaca...." 

Seketika hawa sejuk memenuhi rongga paru-paru Zelo. Tubuh laki-laki itu ringsut memegang tangan sang Kakak dengan tatapan lega.

"Eungh..."

Di saat yang bersamaan, Yena membuka mata dengan lemah. Perempuan itu bergumam pelan menatap ke arah sekitar dengan pandangan berkunang.

"Kak Yen!"

"Kakak udah sadar??"

Yena berusaha mencerna apa yang terjadi. Dinding putih, bau obat-obatan, cairan infus...

"Zel??"

"Iya, Kak?? Aku di sini. Aku di sini nemenin Kakak. Kakak nggak papa kan? Ada yang sakit?" Zelo berlutut di depan Yena dengan alis tertaut khawatir.

"Letta..."

"Di mana Letta sekarang??" Bukannya menjawab, Yena malah mendorong Zelo dan berdiri dari ranjang.

"Kak...?"

"Zel, di mana Letta sekarang?!?!"

"Nyonya..., keadaan nyonya masih lemah. Nyonya tidak boleh berdiri..." Suster yang melihat itu segera mencegah.

Yena menggeleng kalut. Matanya terlihat linglung. "Sus, di mana anak saya?! Di mana Letta sekarang??!"

"Tenang nyonya. Anak nyonya sedang dalam penanganan dokter lain. Jadi sekarang lebih baik nyonya istirahat. Saya harus periksa keadaan vital nyonya..."

Paper Rings| Mark Lee ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang