2| 💍

4.4K 290 26
                                    

🌺Vote and comment will be greatly appreciated... 🌺



















Minggu pagi.

Yena rasa tidak ada yang lebih sempurna daripada melakukan olahraga di sekitar komplek rumahnya sembari menyusuri wajah kota yang semakin hari semakin berubah.

Padahal, dulu di sekitar pertigaan itu tidak ada swalayan.

Waktu memang cepat berubah. Tapi tidak dengan dirinya.

Dengan amunisi headset ipod di telinga, gadis ber-hoodie kuning itu tampak menikmati quality time-nya setelah ujian akhir selesai.

Kenikmatan ganda untuk anak kelas dua belas.

Sembari menunggu hasil ujian keluar, lagu 'Don't Start Now' milik Dua lipa cocok untuk mengiringi langkahnya yang teratur.

Sebelum kehadiran sosok yang tidak diharapkan muncul seperti hantu.

"Ouwittt... cantik~~ Sendiri aja nih?"


Oke, Yen. Pura-pura nggak lihat. Gue pakai headset. Dia orang gila.

"Mau Abang Mark temenin nggak, sayang?" Sekarang cowok itu menaik turunkan alisnya.

Pedofil.

Yena berusaha mempercepat langkahnya. Menghiraukan Mark yang berlari mundur.

"Kok gue ditinggal? Padahal semalam gue suruh samperin kalau berangkat."

"Males..." balas Yena kelepasan.

Mark tergelak. "Cieee yang pura-pura budeg."

Seenak jidat, Mark mencabut headset dari telinga Yena sehingga membuat gadis itu terusik kesal.

"Mark, please, jangan ganggu deh. Gue lagi menikmati pagi gue ya."

Tidak memedulikan Yena yang sudah kesal, Mark malah memasang benda itu di telinganya.

If you don't wanna see me dancing with somebody~

If you wanna believe that anything colud stop me~

Don't show up, don't come out

Don't start caring with about me-TIIIITTT

Yena memandang Mark dengan tatapan-judging you so hard.

"Kok dimatiin?"

Kesal karena tak dianggap, ia menarik kupluk belakang hoodie si gadis, membuat Yena yang asyik lari terjungkal ke belakang.

"Markkkk. Ini hoodie baru tau!! Lepas nggak?"

"Gemes banget sih bebek gue...sini sini gue mau peluk..."

Bukannya berhenti, Mark justru mengapit kepala Yena dengan lengannya hingga leher gadis itu tercekik.

"Markkk!! Gila lo? Uhukk! Lepas gak?"

"Nggak."

"Lepas."

"Nggak."

"Lo keringetan ih!"

"Gapapa. Keringet gue rasa strawberry."

"Gue nggak bisa nafas ogeb."

"It's okay. Nanti kalau mati gue kasih napas buatan. Bibir gue rasa rambutan."

Paper Rings| Mark Lee ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang