53| 💍

2.3K 155 34
                                    




















Mata Mark terpejam panas menghadap lukisan dinding di kantornya. Sudah tiga hari jam tidur pria itu berantakan. Pertengkaran tempo hari membuatnya tidak bisa istirahat dengan nyenyak.

Ia sudah berusaha menjelaskan kepada Yena jika apa yang terjadi malam itu adalah kesalahpahaman. Tapi wanita itu seperti menulikan telinga hingga membuat Mark agak kesal dibuatnya.

Bukan masalah kepercayaan, ia hanya geram karena tidak diberi kesempatan untuk berbicara.

Menarik napas, pria itu ingin bangkit, namun segera urung ketika pintu terbuka menampakkan seorang Herin dengan pakaian musim panasnya.

"Oh, am i bothering you?" tanyanya di ambang pintu.

"God!" Mark segera menggeleng dan mempersilahkannya masuk. "No no, come in. Malam itu kita belum sempet bicara banyak..."

Herin tersenyum canggung, lantas duduk di sofa yang ditunjuk Mark.

"I bring some coffee for you..." tawarnya kepada Mark.

Pria itu tersenyum lantas mengambil kopi itu dan meminumnya hingga setengah.

"Thank's. Kebetulan jadwal tidurku keganggu, dan nanti malam aku ada rapat. Aku nggak boleh ketiduran saat ini..."

Herin menautkan alis bersalah.

"Sorry, pasti gara gara malam itu, ya? Gara gara aku kalian jadi bertengkar...." tanyanya hati-hati.

Mark menggeleng cepat. "Hey...it's okay...justru aku yang minta maaf. Aku ninggalin kamu begitu aja malam itu..."

"Maksud aku..., kamu baru aja datang dari LA buat liburan di sini. Seharusnya aku bisa sambut kamu lebih baik. Bukannya pergi gitu aja."

Fyi, Herin adalah salah satu gadis yang pernah ia kencani di bar Santa Monica. Mereka sempat berhubungan beberapa hari. Yah..., sejenis simbiosis mutualisme untuk memenuhi kebutuhan biologi masing-masing.

Dia adalah orang Amerika yang dulu pernah tinggal di Indonesia. Kebetulan musim panas ini ia berniat berlibur di Bali dan memintanya untuk memberikan rekomendasi tujuan wisata. Itulah sebabnya mereka bertemu.

"Dia kekasihmu...?" Herin bertanya pelan. "Maksudku...wanita yang kita temui di hotel kemarin..."

Mark mengangguk. "Secara teknis bisa dibilang begitu, mungkin(?) Dia sahabatku dan kita kekasih....."

Herin mengernyit. "Tunggu sebentar! Bukannya kamu bakalan nikah sama Karina?"

Mark terkekeh pelan. "Iya, dulu. Tapi sekarang enggak. Hubungan kita udah selesai."

"Selesai?!"

"Panjang kalau diceritain. Intinya, sekarang aku udah sama Yena..."

"Oh...jadi namanya Yena?"

"Iya. Sahabatku sejak kecil. Semacam friendzone mungkin(?)" Mark terkekeh.

"Dia nggak marah kan sama kamu? Aku takut kalau bikin hubungan kalian rusak. Kemarin aku lihat kalian berantem di luar hotel." Herin memandang Mark penuh arti.

"Hey, it's okay. Dia cuma salah paham. Kamu tahu sendiri kan, kebiasaan di sini beda banget sama California? Maksud aku, mungkin Yena salah paham sama kedekatan kita..."

Mata Herin seketika membulat. "Oh damn! That kiss?! Dia salah paham?!"

Perempuan itu langsung panik. "Mark! Aku bisa jelasin kalau kita—"

Paper Rings| Mark Lee ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang