22| 💍

2.7K 228 34
                                    

🌺Vote and comment will be greatly appreciated... 🌺















"M-Mark?" Yena hampir saja membanting pintu saking terkejutnya.

Otaknya mencoba meyakini bahwa orang yang ada di depannya ini adalah Mark.

Tapi kenapa dia bisa ada di sini??


"D-dari mana kamu tahu apartemen aku...??" tanyanya tergagap.

Mark menggaruk tengkuknya kikuk, lantas cengengesan tidak jelas.

"Ah..hehe..a-aku tadi tanya bagian dapur...mereka bilang kamu gak masuk jadi...."

Lelaki itu menggigit bibirnya kuat. "...mereka kasih tahu alamat apartemen ini..."

"Ada perlu apa?" tanya Yena masih canggung.

Waktu memang mengubah segalanya. Ia tidak menyangka bisa sesopan ini berbicara terhadap Mark.

"Aku denger kamu gak enak badan....jadi aku bawain martabak cokelat..." jawab Mark menggantung. Laki-laki itu meneguk ludah panik. Masih terus-terusan menggaruk tengkuknya tidak nyaman.

"Dulu kita sering beli ini kalau sepulang sekolah...inget kan?" lanjutnya dengan mata berkeliaran tidak fokus.

Yena tercekat di tempat. Lantas menyambut plastik itu dengan tangannya.

"Thanks..."

Sedikit banyak Mark jadi merasa senang. Rasanya ia ingin meloncat girang. Ternyata makanan kesukaan Yena masih sama.

"Tenang, aku udah minta penjualnya buat nggak kasih kacang...."

Yena mengulas senyum tipis. Bingung harus menjawab apa. Jadi mereka hanya berdiri di ambang pintu layaknya orang bodoh.

"Apartemen lagi gak ada orang?" tanya Mark mengintip ke dalam sedikit.

"Iya. Letta lagi di sekolah..."

"Kalau papanya?"

Hampir saja Yena tersedak.



'Papanya'...

"J-Jevin?"


"Iya....dia juga gak ada?" tanya Mark dengan nada aneh.

Yena kelimpungan sendiri. Ia hampir lupa dengan kejadian semalam, saat Jevin memperkenalkan diri sebagai suaminya.

"I-iya...dia juga lagi kerja..."

"Di kafe?"

Yena mengangguk. Sebisa mungkin menghindari tatapan Mark.

"Mau masuk?"

"Gak papa?"

"It's okay...masuk aja...! Semalam kita juga belum bisa ngobrol banyak, kan? Aku buatin minum sebentar. Kamu tunggu aja di ruang tamu."

Paper Rings| Mark Lee ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang