34| 💍

2.1K 205 42
                                    


🌺Vote and comment will be greatly appreciated... 🌺








Siang itu, jalanan kota tampak begitu padat. Truk pengaduk semen mengular dari timur ke barat, membuat kemacetan semakin menjadi-jadi. Ditambah lagi mobil patroli yang berlalu lalang karena kecelakaan di ujung jalan.

Keadaan diperparah karena musim panas mulai menyapa, membuat bumi seperti disiram tumpahan bensin yang tersulut api.

Di antara ratusan mobil itu, terselip mobil hitam Mark yang sedari tadi tidak kunjung mendapat jalan keluar dari sana. Pria itu menggigit bibir tak sabar, berharap ada keajaiban yang datang.

'Ratatouille'

"Sayang, kita makan siang dulu ya? Kalau nunggu macetnya selesai, nanti keburu sore. Biar Om Dokter yang bilang ke Mama kalau kita pulang terlambat."

Yang diajak bicara hanya mengangguk. Sebenarnya ia senang-senang saja terjebak di mobil seperti ini bersama Mark.

"Letta suka pizza nggak?"

"Suka."

"Ya udah, kita mampir ke restoran dulu. Biar mobilnya kita tinggal di sini. Ayo!"

Mark keluar dari mobil lalu berjalan memutar, membukakan sisi pintu yang lain untuk Letta.

Pria itu segera menggendong si bocah dan berjalan cepat memasuki sebuah restoran Italia yang ada di sisi kanan jalan.

"Mobilnya ditinggal, Om?"

"Iya. Kenapa?"

"Nggak takut dicuri?"

Mark terkekeh, lantas menurunkan Letta ketika tiba di depan display makanan.

"Nggak bakal dicuri, sayang. Kan Om udah kunci dari luar," sahut Mark sembari menunjukkan kunci mobilnya.

"Udah, sana! Mending kamu pilih makanan yang kamu suka. Letta mau makan apa?"

Gadis itu menatap jajaran makanan yang diletakkan di display kaca. Tidak butuh waktu lama baginya untuk memutuskan menu yang ingin ia makan siang ini.

"Mau ini!"

"Ini?"

"Iya..."

"Serius ini doang?"

Gadis itu mengangguk mantap, membuat Mark tersenyum gemas, sebelum menegakkan tubuh untuk memesan.

"Permisi, tolong panini-nya dua. Buat meja nomor delapan. Saya tunggu di sana," pesannya pada pelayan.

"Panini saja? Nggak pakai minuman?"

Mark mengulum bibir, lantas kembali berjongkok mensejajarkan tingginya dengan Letta.

"Letta mau minum apa?"

Gadis itu menggembungkan pipi seperti berpikir.

"Itu...yang warna pelangi!!" soraknya semangat menunjuk pada papan menu.

Paper Rings| Mark Lee ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang