10| 💍

3.4K 251 18
                                    

🌺Vote and comment will be greatly appreciated... 🌺

Song recomendation:

🎼My Everything - NCT
(Mulmed)












































Pagi kali ini terlihat berbeda. Sudut langit kota terasa lebih biru tanpa setitik awan.

Siulan burung mengingkari janjinya dengan Juli. Menyambut Agustus yang terlalu abu-abu untuk dipahami. Hanya Yena yang tidak menyukai pergantian ini.

Baginya, Agustus masih terlalu cepat untuk menampakkan diri. Seakan menyambut kepergian dengan sangat semangat.

Dari tadi gadis itu tidak banyak bicara. Melangkah membantu Mark memasukkan kopernya ke dalam bagasi taksi.

Rasanya aneh, karena ini pertama kali mereka menaiki kendaraan itu.

Sekaligus menjadi yang terakhir.

Bukan apa. Selama ini mereka memang lebih nyaman berpergian dengan motor Mark atau mobil papanya.

Tapi karena Mark melarang kedua orang tuanya mengantar ke bandara, alhasil mereka harus menaiki taksi karena Yena tidak bisa menyetir.

"Take care, Kak..." ujar Haevan memeluk.

Sekarang cowok itu sedang berpamitan dengan keluarganya. Sementara Yena menatapnya dari balik pintu taksi.

"Jaga diri baik-baik..."

Tidak ingin dramatis, Mark segera masuk ke dalam taksi, diikuti oleh Yena dari sisi kiri. Taksi pun berangkat.

Gadis itu memandang rumah mereka yang perlahan mengecil dari kaca spion.

"Kenapa sih nggak mau diantar pakai mobil?" tanyanya.

Mark menoleh sembari merapikan tasnya.

"Gue nggak mau ada acara nangis-nangis di bandara. Itu bukan gaya gue..."

"Jadi kalau yang ngantar gue, lo nggak bakal nangis?"

Seketika taksi terasa hening. Mark menghentikan gerakannya dalam merapikan tas.

"Lo beda...."

"Gue butuh elo yang bisa dijadikan alasan kuat buat gue kembali...." ujarnya sungguh-sungguh.


Yena tertegun, masih mencoba mencerna perkataan dari Mark.

"Anyway...lo tahu nggak kenapa hari ini Mina nggak ikut ngantar gue ke bandara?" Mark bertanya dari balik tasnya.

Alis Yena terangkat pelan. "Kenapa?"

"Gue baru putus sama dia semalam..." ujar Mark pelan.

"Dia mutusin gue setelah gue kasih tahu kalau gue mau pindah ke Amerika buat kuliah di sana..." lanjutnya getir.

Laki-laki itu tersenyum tipis, lantas memandang Yena dengan sangat tulus dan begitu dalam.

"Di situ gue sadar, Yen, cuma lo doang yang gue punya...."

Paper Rings| Mark Lee ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang