47| 💍

2.2K 167 5
                                    







Kabar duka itu membuat senja merangkak cepat, menyambut malam yang begitu dingin.

Setelah menghadiri pemakaman sepupu Yiren, Yena memutuskan untuk segera kembali ke apartemen karena tidak bisa membiarkan Letta lama-lama bersama Mark. Pasti ada saja yang tidak beres mengingat sikap ceroboh Mark.

Setelah memasukkan pin, Yena segera masuk ke dalam, melepas jaketnya lalu berjalan ke dapur.

Hidungnya langsung disambut bau makanan yang begitu menyengat.

Di meja sudah berjejer rapi berbagai jenis hidangan. Mulai dari ayam cincang, capcay asam manis, mie kwetiau, bebek peking, hingga tahu mapo.

Sementara Mark terlihat sibuk menata piring dengan apron yang tergantung di leher.

"Mark?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Mark?"

Pria itu mendongak, baru sadar jika Yena sudah pulang.

"Ah...udah pulang?? Kok gak denger suaranya? Sejak kapan?"

Bukannya menjawab, Yena malah fokus pada makanan di hadapannya.

"Ini...kamu masak sendiri?" tanyanya tidak percaya.

"Menurutmu?" Mark tersenyum jumawa sebelum melepas apron dan berjalan ke arah kamar.

"Serius?? Emangnya kamu bisa masak? Seingatku kamu gak bisa masak. Goreng telur aja gosong..." timpal Yena jujur.

"Ngeledek..." Mark berjalan mendekat lalu mengecup puncak kepala Yena tanpa permisi. "Kan aku udah bilang mau belajar jadi suami idaman..."

Yena meneguk ludah gugup. Jantungnya berdetak heboh tidak jelas.

"B-berarti...ini beneran kamu yang masak?"

"Ini gak beracun kan? Bisa dimakan dan gak ada efek sampingnya?"

Mark tertawa. "Ya enggaklah, sayang. Nggak beracun. Orang aku pesan dari restauran cina depan perempatan situ...haha ketipu..."

"Udah tahu aku gak bisa masak, pakai tanya lagi," ledek Mark sambil mencubit hidung Yena, membuat wanita itu mendengus.

"Cuih. Ngaku-ngaku suami idaman..."

"Hehe...kan sama aja. Bisa mengatur rumah dengan baik kalau gak ada istri. Misalnya pesan makanan. Itu udah progres loh!" bela Mark sok benar.

"Terserah!" sahut Yena tak mau memperpanjang sebelum mengedarkan pandang ke arah sekitar. "Letta ada di mana? Demamnya udah turun belum?"

"Tuh! Lihat aja sendiri!" tunjuk Mark pada ruang keluarga. Di sana gadis itu terlihat asyik tertawa lepas sambil menonton siaran ulang lagu dinosaurus tadi pagi.

"Dia beruntung dapat perawatan dari dokter terbaik di dunia."

"See, di tangan aku dia udah sehat kan?" ucap Mark sombong, yang segera disikut Yena.

Paper Rings| Mark Lee ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang