48| 💍

2.2K 148 4
                                    




Mulut Yena menganga sempurna saat Mark menggiringnya pada sebuah butik ternama yang terletak di sebuah mall di tengah kota. Matanya mengerjap kagum pada jajaran baju desainer yang begitu indah pada display kaca.

Ia yakin, harga baju-baju itu bisa menyamai harga dari kedua ginjalnya. Brand pakaian ini memang sangat terkenal. Banyak artis luar sering memakainya di acara red carpet atau penghargaan.

Ia tidak menyangka Mark akan membawanya kemari hari ini.

"Gimana? Bagus-bagus nggak? Pilih semua yang kamu suka! Aku yang bayar," ucap Mark seenak jidat.

Yena menatap pria itu gamang.

"Mark! Apa-apaan sih bawa aku ke sini?"

"Kenapa?"

"Kenapa? Kamu tanya 'kenapa'? Ini tuh mahal banget!"

"Ya terus kenapa kalau mahal? Aku kan tadi emang mau beliin kamu pakaian," timpal Mark terlampau santai. Kali ini ia mengambil sebuah short dress motif bunga dan memasangkannya pada tubuh Yena.

"Mmm...."

"Kependekan, aku gak suka, nanti banyak cowok ngelirik kamu..." ujarnya bermonolog sebelum mengangkat tangannya untuk memanggil penjaga butik.

"Permisi! Ini yang warna lain ada nggak? Yang ukurannya agak besar. Yang nggak terlalu pendek bagian bawahnya..."

"Oh...Sebentar ya, Tuan, saya carikan. Boleh dicoba gaun yang lain...."

Layaknya bos, sekarang Mark malah mengambil beberapa gaun sekaligus sebelum memberikannya pada Yena.

"Warna merah apa biru ya? Kamu juga gak punya coat sama cardigan kan? Ah...ini namanya apa sih? Cardigan kan?"

"Ah...terserah, pokoknya itu, aku suka semua. Coba kamu pakai di ruang ganti, aku mau lihat!" titahnya tanpa memedulikan wajah Yena yang mengeruh.

"Ih...Mark! Aku serius!! Kita pulang aja, yuk? Aku gak suka...nggak enak sama kamu..." bisik Yena pelan.

Mark terkekeh. "Nggak enak sama siapa, sayang? Kan kita nanti juga bakal nikah. Aku bakal jadi suami kamu."

"Masa suami sendiri nggak boleh dandanin istrinya?"

Pipi Yena terbakar.

"Udah sana, kamu ke ruang ganti. Aku tunggu di sini," perintah Mark final setelah mengecup pelan bibir Yena.

Mau tak mau Yena pun menurut. Tidak butuh waktu lama baginya untuk mencoba pakaian pertama.

Dress merah selutut itu tampak cocok pada kulitnya yang putih. Dengan langkah kikuk, ia menghampiri Mark yang duduk di kursi tunggu.

"Gimana...? Aneh ya...?"

Yang ditanya malah melamun sambil meneguk ludah. Terkesima dengan penampilan Yena yang begitu cantik.

"Mark!! Gimana?? Malah diam lagi! Bagus enggak? Aku ganti nih kalau jelek..." desak Yena tidak nyaman. Pasalnya saat ini penjaga butik sedang mengawasinya sambil senyum-senyum.

"Hah? Ah...oh...c-cantik... cantik kok cantik...k-amu kelihatan cantik..." jawab Mark gugup. "Mbak, tolong bungkus yang ini!"

"Ya udah, ayo kita pulang!" ajak Yena buru-buru.

"Eh? Kok pulang sih? Kan belum dicoba semua..."

Alis Yena tertaut. "Tapi kita udah dapat satu. Beres kan?"

Mark menggeleng. "Belum sayang. Aku nggak mau tau, pokoknya kamu harus coba semua yang aku pilih tadi!" titahnya tak mau dibantah.

"Oh ya, sama ini sekalian!"

Paper Rings| Mark Lee ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang