- sampai jumpa

88 15 4
                                    

"Demi tuhan, gue bingung banget ini wakasek negur anak yang ketahuan ngudud tapi posenya sambil ngapit rokok."

"Pake gebrak meja gak?"

"Pake—" botol mineral ditangannya kini berpindah ke tangan pemuda disebelahnya yang tadi sibuk mengecek handy talky.

"Makasih."

Sudah sebulan sejak kejadian di warung ice cream hari itu. Seperti yang Elsi duga, semuanya berjalan seperti biasanya.

Tidak ada chat klise tentang 'udah makan?' 'lagi apa?' atau panggilan hingga berjam-jam.

Semuanya berjalan sebagaimana Elsi dulu menjadi partner Mahesa. Bedanya sekarang tidak ada lagi chat tengah malam berisi "proposal buat wakasek udah?"

Awalnya Elsi merasa ini bukan seperti yang biasa ia dengar dari orang-orang. Mahesa seakan tidak memaknai pertukaran status diantara keduanya.

Namun, pikiran itu luruh seiring berjalannya waktu. Elsi mulai mengerti saat terkadang Mahesa mencoba memberi afeksi kecil, seperti yang baru saja, membukakan botol Elsi tanpa di minta atau tiba-tiba memutar stir mobil ke ayam geprek favorit Elsi.

Mahesa selalu punya banyak cara untuk menunjukan rasa sayangnya. Bahkan untuk hal-hal terkecil yang mungkin tidak Elsi sadari.

"Anak-anak yang lain kok belum dateng ya?" Mahesa celingak-celinguk mengecek lapangan.

"Masih di wc kali,"

"Candra nih pasti, boker lama."

Mahesa tampak kembali sibuk dengan handy talkienya. Selagi itu, Elsi memutar sedikit kepalanya mengkode ke arah tangga di sebrang pocin. Membisikan sesuatu pada segerombol orang di balik tembok tangga sana.

"Si, nanti pulang—" Elsi segera memutar badannya berusaha menutupi pandangan Mahesa dari arah tangga.

"Kenapa sih, lo?"

"HAPPY BIRTHDAY KETOOOOOSSS!!"

"HAPPY BIRTHDAAAAYY"

Segerombol manusia menuruni tangga dengan Candra memimpin seolah menjadi mayoret, dibelakangnya Bayu membawa sepiring bakwan yang dihiasi lampu-lampu kecil yang biasa dijual di abang petasan, sedangkan Jordan disamping Bayu tergopoh-gopoh berusaha menghalau angin memadamkan lilinnya. Sisanya meramaikan dengan nada tak kompak.

Mahesa melirik Elsi disampingnya yang menyengir dengan dua jari disebelah pipinya, kemudian kembali pada gerombolan yang kian mendekat kearahnya.

Candra menarik garis lurus dengan tangannya, seketika nyanyian mereka selesai. Bayu maju selangkah menyodorkan piring kuning berisi sebuah bakwan yang dikelilingi lima lilin kecil.

"Tiup dong" kata Elsi ikut excited.

Mahesa memejamkan matanya sepersekian detik lalu menghembus bakwan ulang tahun itu. Semuanya bertepuk tangan heboh kecuali Mahesa yang masih bingung.

"Ini yang ulang tahun siapa sih?" katanya, masih dengan wajah kebingungan.

"ELU LAH MAHESAELAH!!" sahut Riyan dibelakang.

"Gue masih sebulan lagi jir??"

"Ya, ngga apa-apa kali dicepetin dikit umur ngga ada yang tau, Sa." ujar Candra enteng.

"Brengsek!"

"Bulan depan udah pada sibuk utbk sama tes kedinasan, Sa. takut ngga pada bisa ngumpul lengkap, makanya dicepetin dikit aja." jelas Dewa yang diangguki Mahesa.

Mahesa kembali melirik piring yang kini berpindah ke tangannya, "Kok bakwan sih? cuma sebiji lagi."

"Ya, terus lo mau apa? adanya cuma bakwan, kalo tempe masih nunggu di goreng dulu."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 14, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

epilogTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang