00:19 ; teman bicara.

66 13 0
                                        

Jalanan cukup lengang hari ini, langit pun tampak mendung dengan semburat ke abu-abuan diisi sedikit percik oranye.

Sehabis mengantar benda yang dititipkan pada Mahesa ke kampus sang kakak, mereka langsung meluncur ke warung susu jahe ditepi jalan masih dekat kampus.

Dua muda mudi itu masih sibuk dengan lembaran kertas berisi berbagai hal mengenai kepentingan organisasi yang meminta disetujui secepatnya.

Elsi mengoper proposal bidang sponsor pada ketua yang duduk dibangku plastik tepat didepannya, dengan segelas susu jahe.

Mahesa menerima uluran itu, membaca lamat kertasnya.

"gimana? elo setuju gak?" tanya Mahesa menatap penuh manik gadis didepannya.

"kalau lo accept, gue juga."

"loh, kok gitu. Lo wakil gue, pendapat lo juga berpengaruh." Mahesa berujar serius.

Elsi mengangguk, "lo accept kan?" tanya lagi.

Mahesa mendegus sebal dengan wajah pasrah lalu mengangguk mengiyakan pertanyaan Elsi.

"yaudah, gue accept." Elsi menyegir lebar.

Langit kian menggelap. Menampakan awan yang kian abu-abu menandakan isinya siap jatuh kebumi.

Elsi buru-buru menghabiskan susu jahe miliknya, begitupun Mahesa.

Setelah gelas keduanya tandas Mahesa menitah Elsi untuk lebih dulu menuju mobil untuk berteduh, sedangkan ia segera menuju meja kasir membayar pesanan.

Elsi mengusap-usap pucuk kepalanya yang terkena tetesan gerimis, kemudian membungkus perut sampai dadanya dengan kain bali yang tersampir di sandaran kursi.

Aroma lembut khas parfum cewek menguar saat kain itu membelit tubuh Elsi, maka ia simpulkan benda itu milik kekasih Mahesa.

Pintu kursi kemudi terbuka, menampakan Mahesa yang terburu-buru masuk sembari mengusak rambut tebalnya yang tampak dikenai titik hujan.

"pinjem ya, dingin." Elsi sedikit mengangkat kain itu, menunjukannya pada Mahesa.

"hm." gumam Mahesa.

Elsi menyandarkan dirinya pada kursi dengan wajah menghadap kaca, menghitung tiap titik air yang tampak jatuh membasahi kaca mobil.

Jalanan cukup macet karna ulah manusia yang tak mau mengalah ditambah hujan yang kian melebat, memperparah akses pengendara.

Elsi merogoh ponsel yang ia letakan di paha, lalu membuka aplikasi musik kesayangannya.

Playlist dengan judul 'galau bareng Elsi' menjadi pilihannya.

"kak, gue connect lagu gue boleh?" Elsi melirik Mahesa yang tampak fokus kejalanan.

"pake aja." katanya.

Elsi tersenyum tipis lalu mulai memutar lagu secara acak. Membiarkan dirinya menebak-nebak lagu apa yang akan mengalun.

Intro musik dari grup favoritnya mengalun indah, mengisi ruang sempit di mobil milik Mahesa dengan rintik hujan ikut menjadi instrumen penenang.

Lagu hivi-musim hujan, seakan tau ini waktu untuk mengalun, membuat senyum kecil itu kian melebar menjadi cengiran.

Elsi memejamkam matanya, bibir melengkung manis dengan kepala yang mengayun mengikuti tiap ketukan lagu.

Mahesa yang sedari tadi fokus menatap jalanan akhirnya menatap penuh gadis itu dengan alis terangkat.

"ngapain lo? bayangin mantan?" sindir Mahesa dengan raut meledek.

epilogTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang