"kerja. jangan chatan sama pacar mulu," ujar Mahesa dengan nada menyindir.
Elsi mendelik. Tak urung akhirnya mengikuti perintah Mahesa. Menyimpan ponsel di meja lalu kembali menatap buku didepannya.
"gue taunya ini. ide gue udah mentok." Elsi menyangga keningnya dengan tangan yang bertumpu di meja. Sesekali matanya terpejam karna pusing akibat seharian berpikir.
"yang itu bukan ide lo. Ide Dewa!" balas Mahesa masih enggan menerima pendapat Elsi.
"gue mikirnya kan bareng-bareng." Elsi meninggikan nada suaranya kesal.
"gimanapun, dia rival lo. lawan kita. Sama aja lo udah nunjukin taktik kita kelawan. Kalo gini belum perang juga kita udah kalah." Mahesa terpancing ikut meninggikan suaranya.
Hening.
Tak ada dari mereka yang bersuara kembali.
Selalu begini. Setiap ide atau pendapat yang meluncur dari salah satunya pasti tak pernah diterima mulus. Ada saja bantahan yang memancing emosi.
Cukup sulit bagi keduanya. Karna ada perasaan yang sama-sama tak mereka mengerti. Entah kesal atau hal lainnya. Seolah menghambat komunikasi baik antar keduanya.
Malam itu, seharusnya setelah penjelasan dari Mahesa. Elsi paham dan mengerti watak pemuda didepannya ini. Namun nyatanya masih sulit.
Elsi mendengus, lalu membereskan bukunya. "kepala gue udah panas karna habis ulangan. Ngomong sama lo makin panas. Masak telor juga mateng nih," Elsi menepuk ubun-ubunnya gemas.
"nanti malem aja, gue telfon, chat, atau vidcall." lanjut Elsi.
Mahesa tak menggubris. Masih menatap kertas kertas penuh coretan didepannya.
Mungkin, satu priode kali ini akan terasa lebih berat. Pikir Mahesa.
***
"Tiga point udah gue pikirin, sisanya lo yang mikir." Elsi menatap layar ponsel yang ia sandarkan di meja belajar itu, menampakan Mahesa dengan kaus abu-abu dan celana selututnya. Tengah mengetik sesuatu.
"tambah satu lagi, Si. gue udah capek mikir visi misi. 18 point." ujar mahesa disebrang sana.
"belum naik jabatan aja udah ngeluh." cibir Elsi.
"gue bukan ngeluh! Gue bagi kerjaan biar lo ada kontribusinya juga. " peringat Mahesa sambil menatap layar ponselnya nyalang.
"BERISIK IH!! KERJA DONG!!" teriak Elsi kelayar ponsel.
"ANJIR BIASA AJA DONG! GAK USAH TERIAK-TERIAK BERISIK LO!" balas Mahesa ikut teriak.
"LO YANG BERISIK!!" Elsi makin meninggikan suaranya.
"ELSI UDAH MALEM JANGAN KAYAK ORANG UTAN." peringat Ibu dari lantai bawah.
Mahesa tertawa lepas, "dimarahin kan lo." ujarnya meledek.
Elsi mencebik kesal kembali menundukan kepala. Mencari ide.

KAMU SEDANG MEMBACA
epilog
Fiksi Remajaosis cuma bikin capek? bikin kangen juga. copyright ©juicyjaem