00:35: Mahesa kesal.

66 12 1
                                        

Elsi

Kak, kerumah agak sorean aja ya gue mau tidur siang.






Pesan singkat itu baru dibaca oleh Mahesa setelah dirinya berdiri didepan pagar rumah gadis itu untuk menghubunginya agar segera turun.

Beberapa detik Mahesa berpikir untuk pulang dan kembali lagi nanti, namun melihat jam kini hampir menunjukan pukul tiga sore maka ia putuskan sedikit mengganggu tidur siang Elsi.

Mahesa menekan tombol voice note di ruang obrolan Elsi, lalu berkata "bangun.... Bukain pagar...."

Hingga lima belas menit berlalu. Namun pintu rumah Elsi tidak juga terbuka.

Baru saja Mahesa berniat menghidupkan mesin mobilnya, namun urung saat pintu rumah itu akhirnya terbuka memperlihatkan sosok dengan balutan kaos dan celana selutut menghampirinya sambil mengucir rambutnya.

"dibilangin sore, ngeyel banget. Untung gue kebangun." Elsi mengomel sambil menggeser pagar rumahnya, mempersilahkan Mahesa masuk.

Tanpa mau menunggu Mahesa selesai memarkirkan mobilnya Elsi melengos pergi duluan, kembali mencuri-curi waktu agar matanya terpejam.

"assalamualaikum"

Tak ada jawaban.

"assalamualaikum, dijawab! Hukumnya wajib." kini balik Mahesa mengomel.

"iyaiya, waalaikumsallam."

Mahesa memperhatikan sekeliling ruangan yang tampak sepi. Sepertinya memang Elsi sendirian dirumah.

"sendirian?"

"hm... "

"tidur jam berapa lo?" tanya Mahesa pada Elsi yang menyandarkan badannya disofa dengan tubuh setengah berbaring.

"jam dua..."

"dua siang??"

"dua subuh."

Reflek Mahesa menepuk punggung tangan Elsi hingga kantuknya pun menghilang seketika.

"ngapain aja lo sampe dua subuh??? ngeronda?"

"kenapa sih pukul-pukul?? gue nonton drama buat healing, karna takut ngga keburu sama tugas osis makanya gue kebut sampe subuh."

"ya, kalo gini sama aja Elsi. Kalau lo tumbang gini mana bisa ngerjain ppt?"

Elsi menegak, lalu ikut duduk dikarpet tepat disebelah Mahesa.

"berarti boleh ijin bobo dulu, kan?" Elsi tersenyum lebar dengan mata berbinar.

"yakali. Kerja dulu!"

Elsi mengerucut bibirnya, lalu kembali menjatuhkan kepala ke sofa.

"ini udah gue gabung semuanya, sama yang dari anak divisi juga. Tinggal lo koreksi aja ada typo apa gimana, kalau ada rasanya yang belum gue cantumin tinggal lo tambah." jelas Mahesa yang hanya dibalas deheman berat dari Elsi.

"yaudah, kerjain."

Elsi menegakan badannya ogah-ogahan. Matanya sempat menyipit karna menyesuaikan dengan terang layar laptop Mahesa. Setelahnya baru ia fokus membaca satu persatu materi yang akan mereka presentasikan di rapat evaluasi tengah periode nanti.

Rumah benar-benar sepi. Hanya terdengar suara keyboard yang sesekali Elsi tekan untuk memperbaiki kata, sisanya hanya terdengar sayup-sayup suara anak-anak komplek berlarian atau penjual makanan berseru di depan rumah.

Mahesa sebenarnya agak canggung. Karna jujur setengah periode menghabiskan waktu dengan Elsi tidak sepenuhnya membuat dia bisa santai dan mengenal gadis itu lebih dalam.

epilogTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang