00:17 ; kebablasan

79 13 0
                                    

Elsi menyelipkan pena tintanya di antara bibir atas dan hidung, bibirnya ia majukan beberapa senti lalu matanya memutar kebawah mencoba menyeimbangkan pena di bibirnya.

"HEH!!"

Toyoran dari Mahesa berhasil memecah konsentrasi Elsi hingga pena yang tadi terselip diantara bibir dan hidungnya itupun meloncat entah kemana.

"ck, ilang ih pena gue!" Elsi mengerucutkan bibir mencebik kecil lalu berjongkok mencari pena di bawah meja.

Mahesa tak peduli banyak. Ia kembali meluruskan badan mengetik dilaptopnya tangan kirinya ia gunakan untuk memegang gelas plastik berisi pop ice coklat.

Mahesa meregangkan tubuhnya lalu menoleh melihat Elsi yang masih berjongkok dengan muka celingukan masih mencari keberadaan penanya.

"itu pasti pena maling. Makanya ilang." celetuk Mahesa menatap Elsi yang masih berjongkok.

Elsi menatap nyalang pada Mahesa, "sembarangan banget lambe lo! Ini pena hasil flashsale shoppe tau gak?! Limited!!" ujarnya menggebu-gebu masih mempertahankan posisi jongkok.

"nanti gue ganti sekotak." Mahesa menumpu dagunya dengan tangan menyiku di meja. Tersenyum meremehkan yang membuat Elsi mendecih.

"gak jadi, udah dapet!" Elsi menegak mengacungkan penanya lalu kembali duduk di kursi samping Mahesa.

Mahesa meraih sebuah kertas dihadapannya lalu meletakannya dihadapan gadis itu.

"ini beberapa benefit yang gue buat. Kalo menurut lo ada yang kurang pas atau harus ditambahin coret aja, biar nanti diulang." Mahesa menyandarkan diri pada punggung kursi. Menatap Elsi dengan wajah tegas dan dingin khas Mahesa.

"siapa yang ngetik ulang?" Elsi mengangkat sebelah alisnya. Menunggu jawaban Mahesa.

"Elo lah." singkatnya membuat Elsi mendengus kasar. tangannya terangkat mengelus dada lalu tersenyum masam pada Mahesa sebelum beralih pada lembar-lembar ditangannya.

"ah, kalau ini anak humas juga bisa bantu nih. Mereka kan harusnya bisa hubungin salah satu perwakilan osis disana, jadi kita gak harus datengin sekolahnya." Elsi melingkari satu poin disana lalu memcoret kecil kertasnya.

"hm. Nantikan lo yang ngulang." gumam Mahesa yang memilih makin merapatkan kursi ke dinding lalu matanya ia pejamkan mencoba mengistirahatkan sejenak.

Elsi mendelik lalu mencuatkan bibir. kembali fokus pada poin-poin benefit untuk proposol sponsor.

Elsi lagi-lagi mendecak sebal saat pena yang ia niatkan untuk mencoret satu poin lagi tiba-tiba macet.

Dengan naluri anak sekolahannya. Elsi membuka tutup pena lalu mengeluarkan tinta bergambar unicorn itu. Ia angkat tinta itu ke bibir lalu perlahan ia hisap mencoba menarik tintanya agar tidak mengendap. Trik khas anak sd.

Mata Elsi membulat sempurna, reflek ia membuang tinta tadi hingga mengenai wajah Mahesa yang tengah tertidur. Elsi merunduk menutup mulutnya dengan telapak tangan lalu berlari keluar dari sekre.

Mahesa yang tadi bersiap mengumpat dibuat kaget melihat ekspresi Elsi apalagi tinta yang berlumuram di meja dan telapak tangan gadis itu.

Mahesa melompat berdiri dari posisinya lalu mengejar Elsi yang tadi tampak berbelok menuju keran cuci tangan didepan taman yang tak jauh dari sekre.

Mahesa memperhatikan Elsi yang berjongkok di keran dekat taman. Gadis tu tampak kesusahan menahan rambutnya yang tergerai lalu satu tangannya menampung air ditelapak tangan.

Mahesa berjalan mendekat lalu meraih rambut Elsi yang terurai menyatukannya dan menggenggamnya kebelakang leher.

Elsi sempat dibuat terkejut namun ia segera menampung air dikedua telapak tangannya lalu berkumur-kumur membuang tinta yang hampir tertelan.

epilogTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang