00:25 : a cup of coffe

60 11 0
                                        

Elsi  mengigit ikat rambutnya lalu tangannya terangkat berusaha membenarkan rambutnya yang kian terlihat lepek dan kusut akibat berlalu lalang dibawah terik matahari terlalu lama.

"Elsi, elsii!!" seru seseorang saat Elsi baru selesai menyimpul ikatan rambutnya.

Elsi menoleh, lalu ikut mendekat menemui orang yang tadi memanggilnya—Rasya. Gadis itu tampak sama lelahnya dengan Elsi karna harus duduk seharian memantau jalannya pertandingan dari awal hingga akhir.

"kenapa kak?" tanya Elsi saat sudah berdiri tepat dihadapan Rasya.

"ini scorenya mau digabungin per-match, atau harus di pisahin per-babak, Si?" tanyanya dengan raut cukup memprihatinkan.

"eung.... Mahesa bilangnya gimana?"

"Gue gak liat Mahesa dari tadi, capek banget gue ngelilingin satu gelanggang dari tadi, tetep gak ketemu,"

"Tahun lalu di pisahin per-babak kan ya? Bagusan dipisahin sih kak biar jelas scorenya gimana-gimananya," jelas Elsi yang diangguki Rasya.

"kalau ketemu Mahesa nanti bilangin dicari Dewa tadi di ruang panitia,"

Elsi mengacungkan jempol dengan senyum mengembang, lalu mengepal tangan diudara memberi simbol semangat pada Rasya, "semangat ya kak!" serunya.

Rasya terkekeh pelan, menepuk bahu Elsi sekilas lalu melangkah menjauh kembali menuju meja dipinggir lapangan.

Hari ini merupakan hari pertama kegiatan Futsal-Cup dilaksanakan. Kegiatan ini merupakan pertandingan futsal tingkat provinsi yang diselenggarakan oleh sekolah Elsi sebagai tuan rumah. Dan lagi, Futsal-Cup ini merupakan event tahunan yang selalu menjadi salah satu proker terbesar OSIS tiap periodenya.

Elsi duduk disalah satu anak tangga belakang pintu setelah tadi menyimpan spanduk event tahun lalu ke gudang.

Elsi mendongak saat melihat tapak sepatu berwarna hitam berdiri beberapa langkah dari tempatnya duduk. Elsi tak berekspresi banyak saat melihat siapa sosok itu. Mahesa.

Mahesa menyodorkan paper cup berwarna putih ditangannya ke hadapan Elsi, lalu ikut duduk disamping gadis itu. Menatap halaman kosong yang biasa dijadikan parkiran penonton.

Elsi menerima minuman dari Mahesa tanpa berucap apapun, lalu menegak isinya hingga setengah.

Elsi hampir menyemburkan minumannya jika ia tak buru-buru menutup mulutnya dengan telapak tangan. Elsi melebarkan matanya lalu mengerjap mendekatkan coretan tinta spidol hitam di paper cupnya demi membaca lebih jelas tulisannya.

Have a nice day —ketos M.

Masih dengan wajah bertanya-tanya, Elsi menatap Mahesa dengan alis terangkat seakan meminta maksud dari tulisan di gelas tersebut.

"apa?" tanya Mahesa santai.

"ngapain lo? Main dare or dare??" tuduh Elsi

Mahesa mendelik, "ck, emang lo pikir gue tipe orang yang ngasih semangat ke orang lain karna dare?"

Elsi menyipit mendekatkan wajahnya ke arah Mahesa. Menelisik mata hitam didepannya dengan tajam. Mahesa menyentil dahi Elsi hingga gadis itu kembali ke tempatnya.

"tumben...... " gumamnya, kembali menyesap kopi dari Mahesa.

"kalau orang berbuat baik itu jangan dibilang 'tumben,' atau 'kesurupan apa lo?' atau semacamnya. Cukup balas terimakasih, selesai."

"iyaa.... Terimakasih ketos—M," ledek Elsi. Lalu tertawa puas. Sedangkan Mahesa kembali memutar mata sebal.

"ya elo lagian, ngapain pake inisial segala?? biar misterius??" ledek Elsi lagi.

epilogTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang