Pagi ini Sekretariat tampak sedikit lebih rapih setelah beberapa saat yang lalu mereka ditugaskan untuk sedikit merapihkan Sekre yang tampak berantakan karna ada beberapa barang untuk donasi yang masih dibiarkan tertumpuk asal disudut ruangan.
Elsi mengantarkan beberapa map dan buku besar ke meja yang sengaja diletakan didepan sekre, khusus untuk open regis futsal-cup hari ini. Lalu ia serahkan buku itu pada Jiya yang telah duduk santai disana.
Setelah perdebatan panjang, akhirnya Jiya, Thia, dan Lala kembali diletakan dibagian pendaftaran. Sebenarnya Elsi ingin ikut andil di divisi tersebut, bukan untuk mencari cowok ganteng namun ia berpikir mungkin sedikit lebih menyenangkan bisa bersapa dengan teman baru atau berbincang singkat. Tidak melulu dibalik punggung Mahesa.
Elsi mengambil kursi plastik didekatnya lalu menyeretnya kedekat meja tempat Jiya, Lala, dan Thia duduk santai sembari menyeruput teh es hasil palakan dari Riyan.
Elsi mencebik lalu bersandar pada kursi plastik dengan wajah menekuk dan bibir bawah yang maju beberapa senti.
"kenapa Si? capek? mau teh sisri juga nggak?" tanya Jiya menyodorkan teh sisri ke hadapan Elsi.
Elsi menggeleng, "pengen ikut bagian pendaftaran juga..... besok gue pasti jadi kayak orang tolol planga plongo ngintilan Mahesa mulu......." lirihnya.
"loh, enak dong lo keliling-keliling kenal banyak orang juga, dan dikenal banyak orang,"
Elsi diam, mencerna kalimat Jiya barusan.
"tugas kita masing-masing sama serunya kok, cuma mungkin beda caranya," celetuk Thia.
"hooh, tapi kalau gue sih tetep aja milih disini, bisa ketemu tambatan hati.... " kata Lala dengan wajah sumringan.
Thia dan Jiya serempak menyoraki Lala, Sedangkan Elsi memilih tertawa menonton aksi kakak kelasnya.
"LALA JIYA BALIKIN SAPUUUUU" seru Riyan dari dalam sekre.
"astagfirullahalladzim riyan gak usah tereak," balas Jiya berjalan ogah-ogahan menuju sekre diikuti Lala dibelakangnya.
Tersisa Elsi dan Thia disana. Elsi memilih membalas pesan dari Bima yang meminta ijin meminjam buku tugasnya, sedangkan Thia sibuk menelpon seseorang.
Elsi melirik saat mendengar suara kursi yang bergesekan dengan lantai, kemudian tampak Thia yang terburu-buru berdiri.
"Si, jaga disini dulu ya, nyokap gue di gerbang," Thia berujar tanpa suara lalu menunjuk layar ponselnya memperlihatkan sambungan yang tengah terhubung.
Elsi menganguk sebagai jawaban, lalu mengibaskan tangannya isyarat agar Thia segera pergi.
Elsi kembali merunduk membaca spam chat dari Bima yang masih berusaha menyogok Elsi dengan beraneka ragam jenis makanan, namun Elsi sengaja mengulur-ngulur berpura-pura tak tertarik dan menolaknya.
Ketukan pada meja membuat Elsi sedikit berjengkit terkejut lalu mengangkat kepala melihat siapa sosok didepannya.
"permisi—eh Elsi??" pemuda berseragam biru muda dengan jaket bomber navy didepannya tampak sedikit kaget setelah menyadari bahwa Elsi lah yang duduk disini.
"eh...... kak Ajun??" ujar Elsi sedikit ragu.
Pemuda itu sedikit memiringkan kepalanya, "hah?"
"a-ahh, kak Arjuna?" ulang Elsi.
Arjuna terkekeh kecil lalu mengangguk samar, "gapapa kalau mau manggil Ajun, gue kaget aja lo bisa tau panggilan rumah gue,"
"nebak aja sih kak, rata-rata nama Arjuna panggilannya Ajun kan?"

KAMU SEDANG MEMBACA
epilog
Teen Fictionosis cuma bikin capek? bikin kangen juga. copyright ©juicyjaem