00:16 ; kiko

72 14 0
                                    

Gadis dengan baju penuh keringat, rambut dicepol asal dengan pena yang ditusukan sebagai pengikat, wajah kucel sehabis dijemur sinar matahari.

Elsi merangkak malas dari kursi panjang menuju kulkas mini di sudut ruangan hasil sumbangan sukarela dari Rasya. Ia meraih air mineral dalam kemasan gelas plastik lalu mengoyak tutup plastiknya dengan ganas.

Elsi bersandar pada dinding dengan memeluk bantal, kipas ia tekan agar tetap mengarah padanya. Tak peduli jika nanti ia akan masuk angin.

"hareundang euy..."

Riyan yang baru tiba entah dari mana memilih ikut menyandarkan diri di dinding sebelah Elsi lalu merampas minuman gadis itu hingga Elsi mendecak sebal karna tenggorokannya masih terasa kering.

"berasa lagi gladi resik padang mahsyar." celetuk Candra ikut bergabung mendekatkan diri.

Elsi menendang Riyan dan Candra yang memblok kipas, "HEH!! awas dong, panas ihhh!"

Elsi masih mendorong-dorong Riyan dan Candra yang memposisikan diri seperti kucing dengan pantat mengarah pada Elsi.

"bentar, Si. Panas abis main bola." Candra tak peduli malah mendekatkan wajahnya pada kipas.

"diputer aja kipasnya, bau kalian jadi nyebar!" Rasya di sofa ikut menatap sebal dua pemuda didepan kipas.

"es delima enak nih, Can."

"go food yuk!"

"goblok! Sampai sini sisa air doang mau lo?!!" cerca Riyan menoyor gemas Candra hingga pemuda itu sedikit menjauhkan diri dan mengumpat.

"kiko aja mau gak?"

Mahesa yang baru saja mendudukkan diri di karpet menatap dua pemuda penuh peluh yang terlihat seperti bocah kampung pulang main dilapangan, ia menyandarkan diri menyolokan ponselnya ke colokan.

"MAU!"

sahutan serempak Candra Riyan membuat beberapa terkekeh lalu menggeleng tak paham karna dua pemuda itu kalau berjumpa malah makin mirip Ehsan Fizi. Kompak banget udah mirip gay.

Mahesa mencibir merogoh kantongnya lalu memberi selembar uang lima puluh ribu pada mereka, mirip bapak-bapak yang ngasih jajan ke anaknya.

"sisanya balekin!" titahnya.

Candra dan Riyan menyengir lalu mengangguk patuh.

Candra mendorong Riyan untuk berbalik lalu keduanya berlari kecil menuju pintu sesekali saling menyenggol badan sengaja.

Elsi terkekeh melihat dua kakak kelasnya. Lalu matanya menoleh pada pemuda di atas karpet yang tengah tampak menunggu sesuatu dari ponselnya.

Terlihat pemuda itu sesekali menggeser ponselnya lalu ia letakan lagi. Hal itu ia lakukan berulang kali hingga Elsi menggeleng kecil memperhatikan Mahesa yang kali ini tampak berharap-harap.

Elsi mendekat, melirik kecil pada ponsel di sisi kiri pemuda itu sedangkan posisi Elsi di sisi kanan. Membuatnya harus pandai-pandai melirik.

Elsi hampir mengumpat saat Mahesa ikut menegakan tubuhnya yang tadi bersandar lalu tiba-tiba wajahnya ada didepan Elsi dengan muka datar namun tegas khas Mahesa.

Elsi menggembungkan pipi dengan bibir mengulum kedalam dan mata membulat sempurna.

"apa liat-liat!" Mahesa melotot galak pada Elsi yang dibalas delikan jengkel.

Elsi kembali menyandarkan diri namun kini memilih menjauhkan diri. Takut Mahesa malah berpikir Elsi kepo.

"HEH! Tuhan ngasih gue mata buat melihat. Bukannya melototin orang! "

epilogTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang