Suara genjrengan gitar memenuhi ruangan yang tak cukup luas itu. Sesekali umpatan diiringi tawa seolah ikut menghidupkan aura menyenangkan disini.
Sekre.
"ganti jadi Candra deh. Si Bayu dari jaman PLS sampe sekarang cuma tau kunci imagination. Pantesan halu." sindir Arkan yang bersandar didekat colokan dengan layar ponsel sibuk mencari kunci gitar.
Bayu mendelik lalu menyodorkan gitar dipangkuannya pada Candra yang selonjoran disamping. Pemuda itu membetulkan letak gitarnya lalu berdehem kecil menstabilkan pita suaranya.
"ya, assalamualaikum saudari sekalian, berdirinya eh—duduk selonjorannya saya disini bukan untuk rapat rt apalagi rapat PBB. Melainkan menyumbang sepercik suara emas saya." kata sambutan dari Candra disahut gelak tawa seisi ruangan.
Suara genjrengan gitar membuat hampir seluruh pasang mata memperhatikan jari lentik milik Candra memetik senar gitar.
Intro lagu yang hampir setiap hari terputar membuat mereka tau lagu itu di detik pertama. Lagu milik fourtwnty berjudul—Zona Nyaman—itu pun mengalun.
Tanpa sadar beberapa kepala mengayun lembut mengikuti alunan dari petikan senar itu.
"pagi ke pagi ku terjebaknya di malam hari,"
Candra memplesetkan lirik terakhir itu membuat seisi ruangan mengumpat kesal karna tertipu raut serius pemuda tadi. Sebagian lagi tertawa termasuk Elsi dan Riyan yang melempari Candra dengan kulit kuaci.
Candra terus melanjutkan lagunya, sesekali ia mengubah ritme genjrengan gitar menjadi cepat atau sangat lambat. Sedangkan Bayu yang mengiringi gitar itu sibuk menoyor kepala Candra karna kesulitan menyamakan nada akibat ulah usil pemuda disampingnya.
"lagi-lagi, ada nih." ujar Candra.
Iya memetikan gitar lagi, membuat intro dengan kepala tertunduk memperhatikan kunci gitar.
"Terimalah lagu ini, dari orang biasa.
Tapi, cintaku padamu luar biasa...
Aku tak punya bunga, aku tak punya harta.
Yang kupunya hanyalah lamborghini, selusin ntuk mu..."Petikan terakhir dihadiahi sorakan meledek dari teman-temannya. Serta pasukan kulit kuaci seakan bertambah.
Riyan melempar gemas kulit kuaci beserta bungkusnya kearah Candra "geleuh ih, ngutang di kantin udah bayar belom?" cibir Riyan.
Candra terus terkekeh lalu kembali menggenjreng gitar, "penutup nih," katanya mulai kembali memetikan gitar.
"biasa sa cinta, sa si su ASU!" ujarnya emosi sendiri lalu setengah melempar gitar asal.
"WOY ANJENG GITAR SIAPA HAH YANG LO LEMPAR?!" sorak Arkan emosi. Karna jelas, ia bersusah payah menabung sebulan penuh untuk membeli benda kesayangannya itu. Lalu ia rawat seperti anak sendiri.
"Salah kalo gitar di tangan Candra." celetuk kak Lala di ambang pintu.
Dewa yang sedari sibuk dengan buku besar berisi pemasukan pupuk kompos pun berdiri. Berjalan mengambil gitar yang tergeletak dikarpet, lalu kembali mendudukkan diri disamping Elsi.
Sebelum memetik gitarnya Dewa menyerahkan buku itu pada Elsi. Lalu berujar, "udah nih, tinggal lapor Mahesa." ucapnya lalu kembali menunduk menatap jarinya yang sibuk mengecek senar gitar.
Suara petikan gitar itu sedikit menarik atensi Elsi untuk melirik. Lagu 'officialy missing you' entah mengapa terdengar begitu manis saat Dewa menyanyikannya dengan lirih.
Mungkin, hanya ia yang bisa mendengar suara berat namun terkesan manis itu.
"Oh can't nobody do it like you
Said every little thing you do
Hey baby say it stays on my mind,"
KAMU SEDANG MEMBACA
epilog
Ficção Adolescenteosis cuma bikin capek? bikin kangen juga. copyright ©juicyjaem