Elsi menjatuhkan kepalanya pada pundak Jiya, keduanya duduk di kursi sudut ruangan menonton beberapa anggotanya yang sibuk mengatur kursi dan sound system.
Minggu pagi Elsi lagi-lagi diisi dengan rapat osis. Hanya saja, kali ini rasanya sedikit berbeda. Entah karna suasana atau karna perasaan campur aduk Elsi sejak tadi.
Hari ini merupakan rapat evalusasi program kerja 2 dan musyawarah akhir masa bakti atau biasa di sebut MUSAKTI. Bukan seperti rapat biasanya, kali ini vibes-nya sedikit lebih membebani bagi Elsi, karna pengevaluasinya bukan sekedar Mahesa atau anak MPK seperti yang lalu. Jejeran kursi dihadapannya jelas diperuntukan untuk alumni, beberapa perwakilan tiap ekstrakulikuler hingga wakil kesiswaan. Dan, hal itu berarti makin banyak isi kepala yang akan Elsi terka nantinya.
Sejak baru menginjakan kaki di sekolah pagi ini, bahkan sejak Mahesa menjemputnya tadi pagi entah sudah terhitung berapa puluh kali gadis itu mengeluh gugup, pusing, takut. Walau beberapa kali akhirnya ia dapat ditenangkan oleh kata-kata dari orang disekitarnya.
"Jiya, di cariin Thia di belakang tangga tuh," kata salah satu gadis pada Jiya. Lantas Jiya mengangguk.
"Aku duluan ya, kamu disini aja tenangin pikiran sama hatinya." Elsi mengangguk kecil saat Jiya menepuk bahunya lalu beranjak menuju sebalik tangga.
Elsi menarik napas dalam sekali lagi. Wajahnya ia tutup dengan kedua telapak tangannya berharap cemasnya kian berkurang.
"masih aja lo??"
Elsi menoleh. Mahesa dengan susu kotak ditangannya duduk disampingnya.
Elsi tak menjawab. Melainkan menyandarkan kepalanya pada tembok putih dibelakangnya.
"lo kalau olimpiade ada nervous gini ngga sih??"
"engga lah, gue kan cuma jawab soal bukan debat."
"tapi kalau sama gue lo jago debat."
"itu elonya aja yang cupu."
"tai lo." umpat Mahesa. Kembali menyedot susu kotaknya, lalu mulutnya kembali terbuka, "Udaaah, gapapa. Jangan dipikirin banget, itu karna makin dipikirin makin aneh-aneh imajinasi lo. Lagian lo gak di paksa jawab sendirian, kalo lo gak bisa gue bantu gitu sebaliknya. Malu lah sama anak-anak, masa udah mau demis gini masih gak kompak."
"Iyaiya... Ini gue lagi usaha mikirin abis ini mau makan apa aja dah,"
"Bagus. Nanti gue anterin."
Suara mic yang diketuk beberapa kali mengalihkan perhatian hampir seisi aula. "tes...satu...dua...tes... Okey, sepuluh menit lagi MUSAKTI akan kita mulai, diharapkan pada seluruh jajaran pengurus osis untuk duduk di tempatnya, dan calon pengurus osis bisa mengisi tempat sesuai instruksi."
"Dah, yuk kesana. Udah mau mulai." Mahesa berdiri menarik lembut tangan Elsi agar ia segera berdiri lalu menuntunnya dengan memegang dua pundak belakang Elsi.
Satu persatu kursi audience mulai diisi.Bahkan kursi yang diperuntukan untuk para alumni tampak hampir terisi penuh. Banyak wajah-wajah asing disana yang belum pernah Elsi temui sebelumnya. Mungkin karna formasi kali ini lebih lengkap dibanding debat osis kemarin yang hanya diisi beberapa alumni.
Elsi terus menautkan telapak tangannya dibawah meja. Walaupun kepalanya terus berusaha untuk memikirkan hal lain, tapi rasa gugup itu tetap ada.
Sedangkan Mahesa sedari tadi sibuk mengecek satu persatu kesiapan para anggotanya, hingga mengecek materi presentasi mereka takut-takut ada yang kurang atau salah.
Moderator kembali maju ke podium lalu mulai membuka acara sesuai rundown.
Beruntung jumlah audience kali ini sesuai dengan aturan minimal, hingga tak butuh usaha untuk para pengurus osis agar bisa mengumpulkan massa.

KAMU SEDANG MEMBACA
epilog
Fiksi Remajaosis cuma bikin capek? bikin kangen juga. copyright ©juicyjaem