Genjrengan gitar dan suara berat khas cowo puber memenuhi lapangan basket saat ini. Beberapa anak tampak mengecek sound system dan properti lainnya yang akan di gunakan besok saat class meeting.
"Oiii! Itu yang ngamen sini dulu bantu pasangin spanduk sini!!" sorak Thia dari ujung panggung berkacak pinggang memperhatikan Candra dan Riyan yang sibuk dengan gitarnya sedari tadi.
"Ya gusti. Baru narik napas." Bayu yang baru saja mendaratkan bokong di semen mencebik.
"cepet!! mau sorean nih." titah Thia lagi.
Mereka berjalan berangkulan menuju panggung. Lalu Mengangsurkan spanduk besar bertuliskan classmeeting pada Bayu dan Candra untuk manjat dan menempelkan spanduk di dekat panggung.
Thia membiarkan ketiga pemuda itu mengurusi spanduk. Lalu ia berjalan menghampiri Elsi yang tampak menghitung bola-bola untuk lomba olahraga di hari pertama.
"Elsi!" Thia berjalan menghampiri gadis yang tengah merunduk itu.
Elsi menegak, lalu menoleh pada sekretaris osis tersebut.
"kenapa kak?" tanya mendekat pada Thia.
"anak mpk yang lain dimana sih? ada liat gak?" Thia berujar dengan wajah cemas sesekali gadis itu membasahi bibirnya.
"pada ngaret kayanya, sebagian lagi katanya masih ngurus nilai." jelas Elsi.
"ini tuh besok loh acaranya. Liat tuh panggung aja masih dipasangin spanduk doang. Sound system ada kendala pula. Anak logistik gak ada yang keliatan batang hidungnya. Disuruh kerja sampe malem mana ada yang mau." omel Thia. Gadis itu memperbaiki letak kacamatanya lalu mengikat kuat rambutnya.
Elsi menepuk bahu Thia lalu tersenyum tipis. "aman, bentar lagi kita briefing. Kita tungguin Kak Mahesa dulu." ujarnya kini beralih menepuk lengan Thia.
"Elsi!" kini seruan dari belakang membuat gadis itu menoleh beralih mencari sumber suara.
"net voli rusak, Si. Gimana?" Arkan mendekat menghampiri gadis itu dengan nafas terengah-engah.
"Loh? Kemarin bukannya udah dibilangin beli cadangan juga?" tanya Elsi lagi.
"kemarin dananya gak cukup. Jadi dialihin buat nambah raket tenis meja." jelas Arkan. Cukup panik. Pasalnya voli merupakan tugasnya dan kejadian ini tak pernah terbayangkan olehnya.
Elsi menggaruk kepala cukup gerah dengan berbagai kendala hari ini.
"pakai kas osis dulu talangin. Nanti baru kita tutupin pake uang sponsor." perintahnya. Arkan mengangguk mengerti.
Elsi berjalan menghampiri pemuda dilapangan basket yang tampak berkacak pinggang lalu mengobrol kecil pada salah satu anggota MPK.
sesekali pemuda itu mengkerut kening namun akhirnya mengulas senyum sebagai citra diri.
"kenapa?" Mahesa menoleh menyadari kehadiran gadis itu yang sedari tadi tampak memperhatikannya.
"harus briefing sekarang nih. Anak-anak kerjanya kacau." jelas Elsi yang diangguki Mahesa.
Mahesa berjalan menuju panggung yang memang dibangun oleh sekolah demi kepentingan seni.
Pemuda itu mengetuk-ngetuk microphone lalu menyerukan pada semua panitia untuk berkumpul ditengah lapangan.
Para panitia satu persatu berdatangan. Membuat lingkaran rapi yang mereka susun sedemikian rupa tanpa harus menunggu arahan sang ketua.
Beberapa lagi masih tampak singgah dikantin untuk membeli air demi menyegarkan tenggorokan.

KAMU SEDANG MEMBACA
epilog
Teen Fictionosis cuma bikin capek? bikin kangen juga. copyright ©juicyjaem