"gantian Bay, lo cat kuning buat garisnya, abis itu selesai." Mahesa menyerahkan kuas cat berukuran sedang dengan sekaleng cat itu pada Bayu yang duduk bersandar pada pohon didekat lapangan basket.
"bentar, bentar. Nanggung Sa, dikit lagi chicken."
"biar si Chiko aja yang mainin dulu, lo lanjut kerja. Biar cepet kelar juga."
Bayu mengehela napas pasrah tak urung berjalan mendekati adik kelasnya di tepi lapangan meminta bantuan.
Mahesa mendudukan diri di tepi lapangan setelah hampir satu jam bekerja keras menyelesaikan salah satun proker terakhir sebelum semester depan.
Khusus untuk proker ini Mahesa hanya menargetkan kadiv dan beberapa anggota divisi pilihan, karna percuma juga ia memaksa semua ikut andil jika pekerjaan jadi tidak terorganisir dengan baik nantinya.
Spesifiknya sih, kaum laki-laki.
Mahesa mengeluarkan ponsel dari saku celana jeansnya lalu dengan tenang jarinya bergerak dilayar dengan ponsel dengan posisi horizontal.
"main game lo, Sa?" Dewa langsung merapat ke sisi pemuda itu.
"iya."
"game apaan? mabar kuy"
"emang lo punya game-nya?"
"punya kali, apaan? FF? PUBG? COC?"
"dumbways"
Hening. Dewa tak merespon melainkan mengerutkan dahinya tajam.
"dumbways apaan?"
"nih," Mahesa menunjukan layar ponselnya dengan gambar makhluk berbentuk sosis yang tampak terbakar didalam rumah.
Dewa menghela napas pelan. Lalu memberingsut menjauhkan diri sedikit dari Mahesa.
Membiarkan manusia itu kembali larut dengan makhluk sosis-nya.
Saat mata Mahesa sibuk mengatur ritme agar makhluk sosisnya bisa menyebrang ke kereta dengan aman, suara rusuh dari arah depannya mengacaukan fokusnya.
Bayu berulang-ulang membanggakan dan membandingkan hasil kerjanya dengan milik Mahesa atau anak lainnya.
Padahal Bayu hanya tinggal menarik garis melingkar ditengah lapangan dan selesai.
"berisik lo! Mati ni!" amuk Mahesa mengacungkan ponselnya.
"widih, dah main game. Mabar lah yuk, PUBG?"
"dumbways" sela Dewa.
"HAH? game adek gue itu tuh, nyelametin sosis doang."
"Suka-suk gue lah, lo mau main cooking fever juga gak masalah."
"ngapain.....????"
Mahesa sedikit bersyukur Bayu kini memilih menjauh darinya untuk menonton gamenya yang masih dilanjutkan oleh Chio.
Belum genap dua menit keheningan hadir, kini suara motor scoopy yang di geber dan klakson yang dimainkan berulang kali memasuki tepi lapangan berhasil merusak fokus Mahesa lagi.
Riyan dan Candra bergaya nge-drift sebelum memarkirkan motor Mahesa didepan pemiliknya.
"gila, motor baru enak banget sat set sat set..." Candra berujar heboh sembari membuka kresek indomartnya.
"teh pucuknya naik anjir, jadi 4.900 biasanya 4.800" omel Riyan.
"100 perak doang."
"100 peraknga bisa buat donasi juga, Sa. Aturannya gue bisa donasi 200perak."
"MAU KACANG!" Bayu yang tiba-tiba menguar masuk ke antar Riyan dan Candra malah sibuk membongkar kresek itu.
"lagi ngga musim kata mbanya," celetuk Candra.
"iyakali ya, lagi musim ujan nih."
"goblok." gumam Candra.
"OH IYAAAAA, lupa. Gue mau nanyain ini dari kemarin, tapi baru inget sekarang, padahal—"
"ngga usah mukodimah." sela Dewa.
"kalian ada yang di chat Elsi ngga? ditanya-tanyain gitu...."
"ditanyain apa anjing, yang jelas kalau ngomong."
"sabar lur, gue takut nih, takutnya Elsi ngga mau kalian tau ini, nanti gue salah-salah lagi."
"ya, menurut lo ini privasi ngga? Elsi ngelarang ngga?"
Bayu tampak berpikir sejenak, "ngga sih."
"lanjut,"
"tiga sampe dua hari yang lalu Elsi nanya-nanyain ke gue, kalau semisal mengundurkan diri dari OSIS tuh ada tata caranya gak? trus harus bicara ke siapa? gue jelasin kalau mau demis sendiri harus menghadap pembina, ketua, sama alumni. Terus gue kasih tau kalo nanti bakal di sidang segala macem dulu sama alumni."
"kok Elsi nanya gitu ke elo??"
"ya mana gue tau, mau demis kali."
Mahesa yang tadi sibuk mengumpulkan sampah kuacinya kini melotot tajam kearah manik Bayu.
"emang si Elsi ada bilang kalau yang mau demis dia?" tanya Dewa.
"ya.... engga. tapi yakali, yang mau demis si Riyan yang nanya si Elsi."
"KATA SIAPA GUE DEMIS ANJIR!"
"tapi, kalau Elsi beneran mau demis kok dia ngga cerita ke gue? kan gue ketuanya? harusnya dia nanya-nanya masalah gini ke gue."
"ya, elo galak kali. Baru ass wr wb aja langsung dipelototin."
"yaiyalah gue pelototin, salam kok disingkat. Umur lo disingkat tuhan mau?"
"ah, males ah. bawa-bawa tuhan gini gue merasa kecil banget." Candra merengut.
Mahesa memutar mata jengah, kembali sibuk mengumpulkan sampah kuaci.
"atau, Sa. Dia masih belum siap buat cerita ke elo karna dia sendiri mungkin ragu buat demis atau enggak." ucap Dewa.
Seakan terbawa angin, kalimat Dewa barusan membawa Mahesa pada rekaman kejadian saat ia menghantarkan gadis itu pulang di malam H-1 classmeeting.
Mahesa tak terlalu yakin. Namun, ia sedikit banyak yakin jika Elsi yang notabenenya selama ini selalu bekerja keras menyumbang tenaga dan pikiran untuk organisasi ini, tidak mungkin baginya untuk mundur secara tiba-tiba tanpa alasan yang jelas begini.
Apalagi? kalau bukan karna dorongan dari pihak luar.
Lamunan Mahesa buyar saat ponsel dipangkuannya bergetar.
Elsi:
Send you a message.***
I would be very greatful if u can appreciate this,

KAMU SEDANG MEMBACA
epilog
Teen Fictionosis cuma bikin capek? bikin kangen juga. copyright ©juicyjaem