Elsi menutup rapat resleting ransel biru laut-nya. Tangan lainnya sibuk mengecek bolak-balik beberapa pesan dari grup yang diberi nama 'keluarga ahmad dhani'— siapa lagi pelakunya kalau bukan Bima pesuruh Raden.
Elsi hari ini berencana ikut nongkrong di rumah Raden sebelum pulang kerumah. Sudah sangat lama rasanya sejak terakhir kali mereka meledek Bima yang kadang nurut-nurut aja dipaksa memanjat pohon mangga depan rumah Raden, sampai berbincang serius saat Elsi dilema memilih harus maju pencalonan di awal tahun lalu.
Rasanya ia hampir selalu absen belakangan ini, terutama di dua hingga tiga bulan awal kepengurusan. Elsi bahkan melewatkan perayaan ulang tahun Haris saat itu karna berbentrokan dengan rapat evaluasi.
"Elsi!!"
Elsi memelankan langkahnya, matanya memicing agar mampu melihat dengan jelas sosok di sebrang sana yang tampak setengah berlari kearahnya.
"kok masih disini??"
"baru beres dari ruang guru, kang."
"lohh?? gak ikut Mahesa??"
Elsi mengerjap sedikit bingung, "mau kemana emang???"
"lohhh, kan ke studio sama cek ballroom prom..."
"grup tadi sepi aja deh perasaan..."
"iyaa, emang gak ada yang ngomong di grup. Si Dewa langsung pc ke Mahesa kayaknya." Elsi lantas hanya mengangguk kecil. Kembali melangkah lebih pelan dari sebelumnya dengan Riyan di sisi kanannya.
"tumbeeennn...."
"tumben apa??"
Riyan menggeleng kecil lalu tersenyum. Setelahnya ia berpamitan pada Elsi menuju lapangan.
Terhitung tiga minggu Elsi tidak berbicara tatap muka dengan Mahesa sejak hari dimana Mahesa pergi tanpa kata dari rumahnya sore itu, bahkan dengan tugas Elsi yang belum terselesaikan.
Elsi saat itu sadar. Saat Mahesa memanggil namanya hari itu, Elsi bukannya fokus pada lembaran word di layar laptop Mahesa melainkan ia berusaha meredam takutnya bila manik hitam teduh itu menatap lurus padanya dengan serius.
Dan jelas, Elsi tau alasannya.
Kepala Elsi terangkat beberapa senti. Mengenyah semua pemikiran-pemikiran beberapa detik yang lalu dan bersiap melangkah.
Namun, tebak. Siapa yang berdiri didepan sana dengan kotak di rangkulannya. Berjalan santai seolah menghampiri Elsi.
"Elsi."
Elsi menarik senyum kecil saat sosok itu melambai kecil padanya.
"Kak Dewa dari mana??"
"dari studio sama liat ballroom buat prom kemarin," katanya lagi, "mau pulang??"
Elsi mengangguk sebagai jawaban.
"Elsi."
Sosok lain dari balik punggung Dewa ikut menyeru namanya. Sosok yang tadi berhasil menghentikan langkah Elsi. Sosok yang tadi memenuhi kepala Elsi.
"Hai, kak." sapanya canggung.
"lo tunggu di mobil bentar. Gue anterin pulang sekalian temenin beli martabak."
Elsi mengerjap beberapa kali sebelum tangannya dengan cepat menangkap kunci mobil yang dilempar Mahesa.
"as always, mahesa being mahesa."
***
Suara penyiar radio yang sibuk membicarakan tentang cuaca hari ini menjadi satu-satunya sumber suara di ruang kecil ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
epilog
Teen Fictionosis cuma bikin capek? bikin kangen juga. copyright ©juicyjaem