5 DETIK UNTUK ILHAM

505 98 25
                                    

Hari sudah larut malam..
Malam itu suasana gelap di pinggir jalan dengan beberapa lampu penerangan sedikit membuat terang sebuah jalanan raya yang terlihat sepi..

Suara hujan deras dengan cahaya kilat putih bergaris menyambar di langit hitam kelabu..

Ajeng berjalan berlari menuju sebuah tempat dengan air matanya yang terus mengalir deras di pipinya..

🍃

*wushh*

Angin dingin meniup sebuah tirai putih di sebuah jendela ruang tamu dengan  suasana sederhana di dalamnya..

Rara yang merasakan udara dingin menusuk kulitnya kini berjalan menuju tirai jendela dan menutup jendela kayu yang terbuka lebar..

Kedua telapak tangan rara memeluk lenganya dan mengusap usap agar tidak merasa kedinginan

"Aduh abah.. "
"Kok  jendela gak dikunci sih.. "

Saat Rara akan menutup jendela kayu ruang tamu, tiba tiba tangan Rara menghentikanya saat mengangkap sosok seorang yang ia kenal sedang berdiri di depan pintu gerbang rumahnya..

"A.. Ajeng..?! "

Tanpa menunggu waktu lama Rara langsung menutup cepat jendela rumahnya dan mencari sebuah payung di ruang dapur..

Dengan cepat Rara berlari keluar rumah dan membawakan payung untuk Ajeng yang masih berdiri mematung ..

"Yaa Ampun Ajeng!! "
"Kamu kenapa..? "

Dengan tubuh yang terasa kedinginan dan matanya terlihat kosong sepertinya ajeng terlihat tidak sedang baik baik saja!

"Kita masuk jeng.. "

Rara menuntun tubuh Ajeng yang masih terdiam tanpa menjawab ucapan Rara..

Ajeng memasuki Rumah Rara yang terlihat sederhana itu..

Sementara di luar pagar Rumah Rara terlihat Ilham yang masih menatap Ajeng yang  di bawa Rara memasuki rumahnya..

Ilham terdiam!
Ia benar benar bimbang dengan perasaanya..
Apa yang harus ia lakukan untuk bisa menjelaskanya..?
Menjelaskan..?
Apa yang harus ia jelaskan sekarang!

Ajeng tidak bisa melihat tubuhnya dan kebenaran itu sudah terlihat jelas di mata Ajeng..

Wajah ilham mengangkat menghadap langit, merasakan air dingin itu masih dapat ia rasakan..

Dan angin yang terus menyapanya..
Masih dapat Ilham rasakan..
Namun..
Kenapa ia tidak bisa menyentuh siapapun?
Bahkan bayanganya saja tidak ada yang bisa melihatnya..

Pelan Ilham menumbangkan kakinya..
Hingga lututnya menekuk dan menyentuh aspal hitam di bawahnya..

Ilham memejamkan matanya merasakan sakit didadanya yang semakin menusuk..

"Aku mohon.. "
"Izinkan aku melihat senyum ibuku.. "
"Aku selalu membuatnya menangis.. "

Mata ilham seperti melemah karena cucuran hujan deras yang melewati matanya..

Pandangan ilham menatap lurus kedepan mengingat wajah Ibunya dan Ajeng yang menangis karena dirinya

"Dan sekarang Ajeng menangis karenaku.. "
"Aku mohon.. "
"5 detik saja.. "

Ilham mengangkat kembali wajahnya menghadap langit..

"Arrrrrrhhhh!! "

Suara teriakan Ilham menggema  di bawah guyuran hujan di tengah malam itu di sambut angin kencang yang menghapiri tubuhnya..
Sungguh malam yang menyedihkan..

Hello, My Yesterday  [ FINISH ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang