23. Akhir

13.4K 1.3K 101
                                    

Tiga bulan berlalu begitu cepat, secepat perasaan dua insan yang mulai tumbuh benih-benih cinta di hatinya. Memang secepat itu perasaan mudah berubah, tidak ada yang tahu kan jika besok si A akan mencintai si B? tidak ada yang tau juga bila si B akan membenci si A pada hari esok.

Tasya tertawa melihat Evan yang menjadi bucinnya Rani. Bahkan wajah Rani sudah memerah sangking malunya, bayangkan saja Evan terus memeluk wanita itu di hadapan papa, mama, juga Tasya dan Yusuf tentunya.

"Ma, pa kita pamit sekarang ya? Dari tadi papa sama nahan Acha mulu, kasian Kang Yusuf takut nyetirnya ngantuk." Pamit Tasya.

Evan yang sedang bermesraan dengan istrinya menoleh ke arah Tasya. "Emang kenapa sih kalo nginep di sini? Jarang-jarang kan lo nginep di rumah mama, gue aja hampir setiap hari nginep di rumah mama. Mentang-mentang udah punya suami lo!" Sahut Evan menimpali.

Tasya menggeleng, bukan begitu maksudnya. Anak perempuan mana yang tidak rindu ketika mereka tinggal berjauhan dengan orang tua. Tapi ada satu fakta yang baru Tasya ketahui saat pertama kali Tasya dan Yusuf menginap di rumah mama dan papanya, laki-laki itu tidak bisa tidur di kamar yang bukan miliknya.

"Iya dek, nginep aja di sini. Sepi tau, Evan lagi-Evan lagi yang nongol." Ucap Papa Adi.

Mama Dina mengambil nafas panjang. "Yaudah deh gapapa pa, buat sekarang kamu boleh pulang. Tapi kalo lain kali maen ke sini lagi, mama bakal tahan kamu di sini, sampe nginep yang lama."

Yusuf tersenyum. "Iya ma, nanti Yusuf izinin Tasya nginep yang lama di sini." Ujar Yusuf terkekeh pelan.

"Sama kamu juga Yusuf, mama bakal tahan kalian di sini. Dan kalo kalian dateng ke sini harus udah bertiga ya!"

Yusuf mengangguk. "Aamiin, doa kan saja yang terbaik untuk kami ma. Kami pamit dulu ya ma, pa, Bang Evan, Teh Rani, Assalamu'alaikum."

"Assalamu'alaikum semua, kita pulang dulu." Pamit Tasya.

Mama, papa, Evan dan juga Rani mengantar Tasya dan Yusuf sampai gerbang. Tasya melambaikan tangannya saat mobil yang Yusuf kendarai mulai menjauh.

"Pa, perasaan mama gak enak deh. Kayak ada firasat gak baik. Apa karena mama masih ngerasa sedih ya pas adiknya Ridwan ngehina Tasya? Jadi masih kerasa gak enak sampe sekarang?" Tanya mama Dina saat masuk ke dalam rumah.

"Apalagi kan Ridwan mulai kambuh lagi kayak dulu ditinggalin istrinya. Bahkan tadi aja Ridwan natap Tasya kayak orang terobsesi." Lanjut Dina.

Papa Adi mengelus punggung istrinya. "Udah jangan dipikirin ma, adek itu kuat. Kalo cuma gitu doang adek pasti gak akan masukin hati. Lagian kan sekarang udah ada Yusuf." Jawab Adi menenangkan istrinya.

***

Di tempat lain, Tasya menatap jalanan yang dihiasi lampu-lampu. Sedangkan Yusuf fokus menyetir, sesekali saat jalanan macet laki-laki itu menatap istrinya, tanpa sepengetahuan Tasya pastinya.

"Kang, aku mau nanya deh. Sesuatu, penting banget. Tapi jangan marah ya?" Kata Tasya memecah keheningan di dalam mobil itu.

Yusuf menoleh sekilas kepada Tasya. Sebahaya itu kah pertanyaan Tasya? Sampai-sampai istrinya mewanti-wanti dirinya untuk tidak marah.

"Mau nanya apa sih emangnya hm?" Tanya Yusuf.

Tasya mengalihkan tatapannya menuju suaminya yang sedang fokus menyetir. Wajah tampan Yusuf yang sesekali terkena sorotan lampu jalanan membuat wajah suaminya itu terlihat sangat tampan. Tasya mengabil nafas dalam-dalam.

"Aku tau kang, ngomongin ini di jalan gini mungkin kurang tepat. Tapi, aku gak tau kapan waktu yang tepat buat ngomongin ini." Tasya menjeda beberapa detik untuk mengambil nafas.

"Aku penasaran deh siapa orang yang masih ngisi sebagian hati Kang Yusuf. Aku cuma ngerasa, aku itu penghambat untuk Kang Yusuf dan siapa gadis itu? Mungkin kalo aku dan Kang Yusuf enggak menikah, kang Yusuf dan gadis itu sudah bersama. Dan apakah itu juga alasan Kang Yusuf belum memberikan hak-hak Tasya sebagai istri, dan kewajiban Kang Yusuf sebagai suami?" Tanya Tasya panjang lebar.

Yusuf sempat membeku sejenak, namun ia segera menetralkan ekspresinya. Bukan hal mudah bagi Yusuf untuk memberi tau Tasya sekarang, namun pasti cepat atau lambat Tasya akan tau juga.

Tasya menampilkan senyum kecewanya di balik cadar. "Gapapa kok, kalo Kang Yusuf belum mau cerita. Yang penting aku udah ngerasa lega, udah bisa ngeluarin apa yang ada difikiran aku."

Yusuf berdeham dan menampilkan senyumnya yang membuat ketampanan Yusuf terlihat berkali-kali lipat lebih tampan. "Saya akan berusaha menjawab pertanyaan-pertanyaan kamu. Dari mana dulu saya harus menjawab? Hm, mungkin orang yang saya sempat bilang masih mengisi sebagian hati saya ya?" Tanya Yusuf.

Tasya mengangguk sebagai jawaban.
Yusuf terkekeh melihat ekspresi tegang Tasya, sangat lucu menurutnya, mungkin istrinya itu sedang menyiapkan hati untuk tidak kecewa.

Yusuf menampilkan wajah seperti orang berfikir. "Siapa ya? Jadi dia itu seorang gadis yang menarik perhatian saya." Jawab Yusuf.

Tasya memutarkan bola matanya, sesingkat itu kah jawabannya? Tapi setidaknya Tasya sedikit tenang karena ternyata suaminya masih normal dan menyukai seorang gadis.

Yusuf terkekeh. "Saya akan melanjutkan perkataan saya, seorang gadis yang saya temui di pesantren Ar-Rahman. Dia cantik, lucu, dan apa adanya." Ucap Yusuf. Bahu Tasya merosot, bisakan suaminya itu berkata tanpa bertele-tele?

"Kang Yusuf niat cerita ke aku gak sih? Kalo belum siap pun gapapa, aku bisa nerima mungkin masih sulit untuk Kang Yusuf cerita ke aku." Tutur Tasya.

"Gadis itu adalah gadis yang sedang menghitung rumput di taman pesantren." Jawab Yusuf Tegas.

Tasya membulatkan matanya, bukan terkejut mendengar penuturan Yusuf namun truk yang melaju kencang berlawanan arah. Klakson mobil terdengar bersahut-sahutan, cahaya lampu truk tersebut menyorot wajah Tasya yang tertutup cadar dan Yusuf. Yusuf langsung memeluk istrinya, mereka terjebak, di depan ada mobil di belakangpun demikian.

'Bruk' mobil di depannya itu berhasil menghancurkan bagian depan mobil Yusuf. Rupanya pelukan Yusuf tidak bisa melindungi Tasya dengan sempurna.

Darah kedua manusia di dalam mobil itu menandakan mereka tidak baik-baik saja. Sebelum kegelapan menyapa Tasya mendengar kata-kata yang diucapkan Yusuf.

"Kamu tau Tasya siapa gadis itu? Dia adalah kamu. Gadis tanpa nama yang aku minta di sepertiga malamku. Maaf karena aku belum bisa memberikan kamu hak-hak sebagai istri."

Menurut kalian gimana part ini?
Makasih buat yg udah follow aku, aku gak nyangka bisa nyampe segitu banyak, itu bener-bener susah buat aku biar sampe di titik ini wkwk
Aku sayang kalian <3

Fyi abis ini epilog guys

Fyi abis ini epilog guys

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Love You Akang Santri [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang