3. Penampakan

23.6K 2K 21
                                    

Berbeda dengan pagi-pagi dan pagi sebelumnya, pagi pertama Tasya di pesantren dan hari langka yang sangat-sangat mengejutkan. Mungkin juga ini adalah rekor baru bagi Tasya, gadis itu bisa bangun jam tiga pagi.

Dengan membayangkannya juga mungkin orang-orang yang mengenal dekat Tasya akan meragukannya. Bisa saja kan Tasya sedang kerasukan. Gadis yang biasanya bangun jam tujuh paling pagi sekarang bangun jam tiga pagi, sungguh layak sekarang Tasya disebut gadis.

Dengan mata yang masih tertutup dan berjalan dengan bermalas-malasan, Tasya berjalan ke kamar mandi putri. Karena matanya yang masih terpejam gadis itu selalu mengoceh dan merutuk pada tembok yang ia tabrak.

"Ihhh, sape sih yang nyimpen tembok di mari!"

"Tembok ngapain sih nabrak-nabrak gue!"

"Astaga ini tembok kok keras banget. Berubah jadi puding napa!"

"Sumpah gak ada akhlak banget temboknya!"

Begitulah teriakan-teriakan Tasya yang tidak bermutu. Untung saja para santri sudah bangun, mungkin saja jika saat ini Tasya berada di rumah Tasya akan benar-benar dirukyah oleh Mamanya.

Tasya berhenti saat tubuhnya menabrak sesuatu yang agak aneh. Gadis itu mencoba membuka matanya yang masih menempel karena belek, tapi sangat sulit. Tasya penasaran dengan apa yang ia tabrak, anehnya tembok yang Tasya tabrak itu tidak sekerak tembok-tembok pada umumnya.

"Aww... tembok berhenti nabrakin muka gue!! nanti muka cantik nan mulus gue rusak. Tau enggak harga oplas? Mahal bok! Harus ke korea dulu biar gak gagal, mana gak kecover BPJS." Omel Tasya sedikit ngegas.

Tasya masih berusaha membuka matanya, perlahan mata gadis itu mulai tebuka. cahaya lampu yang masuk ke matanya membuat Tasya menyipitkan matanya.

Tasya mengerjap-ngerjapkan matanya. "Eh?? Bukan tembok ya?" Tanya Tasya saat melihat sesuatu yang ia tabrak, eh ralat seseorang.

'Wow... shining shimmering splendid' batin Tasya.

"Jalan itu pakai mata! Jangan merem! Jadi batal wudhu saya, cewek itu di asrama cewek bukannya kelayapan di asrama cowok!" Ucap laki-laki itu jengkel, bahkan laki-laki itu berbicara tanpa melihat ke arah Tasya. Apalagi nada bicaranya yang sangat-sangat dingin, membuat Tasya merasa di gurun sahara sekarang.

Tasya berdecak. Tau kan rasanya dimarahin pas bangun tidur? Seperti itulah yang Tasya rasakan sekarang. Jadi yang jengkel bukan hanya laki-laki itu, Tasya pun juga merasa demikian. Panas! hati Tasya panas, siram Tasya sekarang!

"Ihh biasa aja dong! nih yah gue kasih tau jalan pake kaki, liat pake mata, kuping buat denger, hidung buat menghirup udara, mulut buat ngo--- lah jangan jangan tadi genderewo? T-tapi gak mungkin orang ganteng kek gitu, tapi kok gue nengok udah gak ada jangan-jangan..." belum sempat ocehannya selesai, Tasya sudah tidak menemukan di mana laki-laki itu. Otak pas-pasannya seketika berpikiran jauh, memori-memori yang terekam saat menonton film horror malah berputar di otaknya.

"SETANNNN!!!!!!!" Jerit Tasya dan berlari tak tentu arah.

Tasya berhenti untuk menetralkan nafasnya. Nafas gadis itu tidak beraturan akibat berlari.

'Puk' tepukan seseorang di bahunya membuat Tasya menelan saliva. Pikirannya bercabang.

"Huwaaaaa... setan!!! mau lo sesosok genderewo atau kuntilanak atau jin atau roh arwah atau yang laennya jangan ganggu gue! Astagfirullah." Teriak Tasya sambil jongkok.

"Teh ini saya Dinda, tetehnya dari mana kok belum mandi juga?" Dinda menatap Tasya dengan raut bingungnya.

Tasya bernafas lega. "Oh lo Din, kirain gue setan." Jawab Tasya sambil menunjukan cengirannya.

Love You Akang Santri [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang