"Assalamu'alaikum punten Pak Adi, di sini ada Tasya?"
Tasya yang merasa namanya dipanggil langsung menoleh.
"Yusuf?"
"Pak Adi, maaf mengganggu acaranya. Abi saya ingin bertemu Tasya. Sekarang abi di rumah sakit pak." Ucap Yusuf membuat Adi dan Dina yang ada di situ terkejut.
"Terus gimana keadaan abi kamu?" Tanya Adi.
Mata laki-laki itu berkaca-kaca, tangannya meremas ujung baju koko hitam yang kontras dengan kulitnya yang putih. "Abi sudah sangat parah pak, abi meminta saya untuk menikahi Tasya, putri bapak. Tapi saya tidak akan memaksa, yang terpenting untuk sekarang Tasya bisa ikut dengan saya ke rumah sakit."
Adi mengusap punggung pemuda itu. Dina melirik Tasya yang terdiam, mungkin Tasya juga sama terkejut sehingga tidak bisa berkata-kata.
"Ayo nak, kamu ikut sama Yusuf! Papa sama mama gak mungkin ninggalin acara ini, gak enak sama Abahnya Rani. Nanti Papa sama Mama nyusul, kamu duluan." Ucap Adi memerintahkan Tasya.
"Semua keputusan ada di tangan kamu, Mama dan papa berharap keputusan yang kamu ambil adalah keputusan terbaik. Nanti Mama sama papa datang ke sana menyusul." Bisik Dina.
Tasya mengangguk. "Tasya berangkat dulu ma, pa." Ucap Tasya, gadis itu melihat Evan yang tertawa di tengah-tengah keluarga barunya.
"Titip salam juga buat abang, Tasya pamit dulu, Assalamu'alaikum."
***
Suasana perjalanan di dalam mobil sangat canggung. Hanya keheningan dan suara jalanan yang terdengar.
Cahaya matahari yang sedikit-sedikit mulai menghilang di bawah garis cakrawala menyorot tepat di wajah Tasya yang setengahnya tertutup cadar. Jalanan Bogor benar-benar indah dengan angkot yang menghiasi jalanan.
Mobil yang dikendarai Yusuf berhenti di parkiran rumah sakit. Jantung Tasya yang awalnya biasa saja mulai seperti sedang berdetak maraton, bersahut-sahutan seakan tidak bisa diajak kompromi, apalagi saat Tasya memasuki rumah sakit.
"Tasya kamu duluan ya, saya mau ke toilet dulu."
Tasya mengangguk. "Kang, kamarnya Pak Kyai di mana ya?"
"Di lantai tiga, ruang anggrek satu, nomor dua belas ruangannya."
Tasya meremas gamis hitamnya, Tasya baru tersadar kalau gamis yang dikenakannya senada dengan koko yang dipakai Yusuf. Wajah Tasya memanas di balik cadarnya, Tasya langsung mengusap wajahnya.
"Apaan sih Tasya, otak ini kenapa gak jelas banget." Gumam Tasya memasuki lift.
Untung saja hanya Tasya yang berada di dalam lift. Jika tidak, Tasya tidak bisa membayangkan se-awkward apa dirinya menghadapi orang-orang.
Setelah sampai di lantai tiga Tasya langsung mencari ruangan yang di beri tahu Yusuf. Tasya berjalan menyusuri lorong rumah sakit sembari melihat plang yang tergantung di pintu ruangan pasien.
"Ruang anggrek satu, nomor dua belas ruangannya." Gumam Tasya mengulang-ulang apa yang dikatakan Yusuf.
Tasya menyocokan perkataan Yusuf dengan plang yang tergantung di pintu di hadapannya. Benar ini sepertinya ruangan yang ditunjukan Yusuf.
Tasya masih memandang pintu ruangan tersebut setelah beberapa menit menyocokan. Tasya takut salah masuk ruangan, Tasya tipe orang yang sedikit pelupa. Takutnya Yusuf bilang apa tadi ke Tasya, tapi Tasya malah salah mendengar.
"Ketuk atau enggak ya?" Tanya Tasya pada dirinya sendiri.
Tasya menarik napas panjang, tangan Tasya terulur untuk mengetuk pintu, tapi Tasya urungkan setelah mendengar namanya dipanggil.
"Tasya? Belum masuk?"
Tasya tersenyum kikuk di balik cadarnya. "Belom kang, takut salah masuk kamar. Saya sedikit trauma soalnya, takut salah masuk kamar ke kamar orang lain."
Yusuf terkekeh. Tasya langsung memalingkan wajahnya, Tasya hanya bisa memuji asma Allah saat netra mereka saling berpapasan.
"Yaudah yuk masuk!" Ajak Yusuf.
Tangan Yusuf hampir menyentuh knop pintu, tapi pintu ruangan itu lebih dulu di buka oleh orang yang di dalam.
Tasya mengerutkan dahi.
Yusuf menggaruk pelipis matanya yang tidak gatal. "Kayanya kita salah ruangan deh, bukan yang ini tapi di sebelahnya." Ucap Yusuf berbisik.
"Teh Tasya! Kang Yusuf!" Teriakan gadis dengan mata berkaca-kaca membuat Yusuf dan Tasya menoleh.
"A-abi kang! A-abi--"
Votenya mana nih para sider kesayangan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Love You Akang Santri [Selesai]
Spiritual"WHAT!!! AKU!? DI MASUKIN KE PESANTREN? YANG BENER AJA SIH MA!" Teriak Tasya yang seketika membuat kuping berdengung. "Iya, kenapa sih emang? Lebay banget!" Jawab Mama. "Lagian Tasya! kamu itu cewek loh, kerjaannya masuk BK mulu, Kakak kamu aja yang...