Tasya menatap Evan, abangnya. Hembusan nafas Tasya terdengar untuk yang kesekian kalinya.
"Bang, Acha gak mau di pesantren. Acha pikir dulu itu enak gak ketemu Mama, gak ada yang marahin, gak ada yang ngatur-ngatur." Ujar Tasya.
"Tapi... Acha rasa sekarang beda bang. Acha kangen sama Mama, Papa, bahkan Bang Evan." Lanjut Tasya.
Evan memeluk Tasya, mungkin gerbang pesantren ini akan menjadi saksi di mana Tasya mengakui kerinduannya.
Evan menangkup wajah Tasya. Laki-laki itu mengambil nafas dalam.
"Dek masih inget apa yang abang omongin pas malem?" Tanya Evan, Tasya menggangguk sebagai jawabannya.
"Abang mau kamu berkomitmen."
"Kita gak pacaran kan bang? Komitmen-komitmenan kaya orang yang LDR-an."
Evan menyentil dahi adiknya. "Bukan. Bukan komitmen yang kaya gitu dodol!"
"Gue pengen lo komitmen sama diri lo sendiri. Belajar yang bener, bikin bangga Mama, papa. Dan buat hukuman yang dikasih sama ustadzah lo, jangan lo dijadiin beban, anggap aja lo lagi berusaha dapetin mahkota buat mama papa di surga. Lo pasti bisa kok, abang yakin. Abang aja juz 30 gak hafal kan? Lo hafal, berarti masih ada harapan."
"Abang juga bisa kok ngafal juz 30, jangan bilang gak ada harapan. Emang istri lo mau diimamin cowok laen?"
'Jleb' Evan merasakan sakit yang tidak berdarah.
"Iya-iya, kita sama-sama ngafal. Gue bakalan berusaha juga. Yaudah gih sana masuk." Ucap Evan.
"Tasya?" Tanya seseorang.
"Rani!!! Gue pas malem pulang hehe." Jujur Tasya.
"Pantesan kamu gak ada, untung aja saya bilang ke Dinda kamu ketiduran di masjid."
Tasya merentangkan tangannya memeluk Rani. "Baik banget sih temen gue. Nanti gue traktir seblak."
"Sekarang lo mau kemana? Ko bisa di luar gerbang." Tanya Tasya.
"Mau ke pasar sama Dinda juga, sama Teh Anisa juga, tapi mereka berdua lagi ngambil tas belanja, ketinggalan. Kamu ikut aja, nanti biar saya yang bilang sama Dinda kalo kamu ikut."
'Ekhm' sebuah dehaman seseorang membuat Tasya tersadar. Mata Tasya melebar melihat abangnya belum juga pulang. Bagaimana jika Dinda tau bahwa Tasya semalam tidur di rumahnya bukan ketiduran di masjid.
"Bang lo kenapa gak pulang!! Sana pulang buruan!!"
Evan menatap malas adiknya, Tasya benar-benar tidak ada rasa berterima kasih sekali kepada 'abang tertampannya'. Apakah Tasya tidak melihat pengorbanan Evan bangun subuh, kemudian langsung tancap gas mengantar adiknya dari Jakarta ke Bogor.
"Iye-iye!! Gue balik ya, inget komitmen lo!" Ucap Evan sambil mengacak kepala Tasya yang tertutup jilbab.
Evan melirik ke arah Rani. "Temen Tasya ya? Nitip Tasya ya biar gak kabur lagi. Makasih. Semoga nanti ketemu lagi ya." Ucap Evan.
Tasya menatap sendu punggung abangnya yang mulai menjauh. Rani mengusap bahu Tasya.
"Sabar ya, niatin karena Allah."
Tasya memeluk Rani. "Huaaaa... Rani terbaek emang."
"Teh Tasya?" Panggilan itu membuat Tasya menoleh.
Dinda dan Anisa yang datang membuat Tasya membeku. Takut jika mereka berdua melihat Evan yang baru pergi.
"Din, udah kan ngambil tas belanjanya? Langsung berangkat weh atuh ya. Tasya juga mau ikut katanya."
Dinda mengangguk, terlihat percaya dengan apa yang di ucapkan Rani. "Iya udah kok, langsung berangkat aja, takut keburu siang, panas."
Anisa menatap tajam Tasya, seakan tidak percaya Tasya akan ikut ke pasar.
"Beneran? Gak kabur kan? Biasanya santri baru kayak kamu teh suka kabur." Ucap Anisa sinis.
"Udah gapapa, anggap aja syaiton. Diemin-diemin." Bisik Rani.
Anisa mendekat ke arah Tasya, kemudian mengendus-ngendus tubuhnya. "Kamu pake jaket siapa? Kayaknya saya kenal sama jaketnya."
Dinda dan Rani ikut menatap Tasya. Tasya menatap Rani seakan meminta bantuan. Membuat Rani menormalkan raut wajahnya kembali. Tasya menggaruk pipinya.
"Jaket kayak gini kan banyak di online shop. Bahkan yang beli se Indonesia." Ucap Rani tiba-tiba.
"Yuk Din, langsung berangkat aja. Tuh ada angkotnya." Lanjut Rani.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love You Akang Santri [Selesai]
Spiritual"WHAT!!! AKU!? DI MASUKIN KE PESANTREN? YANG BENER AJA SIH MA!" Teriak Tasya yang seketika membuat kuping berdengung. "Iya, kenapa sih emang? Lebay banget!" Jawab Mama. "Lagian Tasya! kamu itu cewek loh, kerjaannya masuk BK mulu, Kakak kamu aja yang...