5. Dalam Sangkar

20.3K 1.8K 36
                                    

"Din kenalin gue Din." Bisik Tasya.

Sekarang mereka sudah ada di asrama. Saat pertama kali Tasya menginjakan kaki di tempat ini gadis itu memang tidak sadar ada sosok yang juga menempati tempat ini. Tasya kira asramanya VVIP, padahal sudah jelas ada tiga ranjang di ruangan itu.

"Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh ukh." Salam Dinda.

"Wa'alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh, eh kamu Din. Biasanya juga manggil nama. So  banget kamu teh!" Jawab seseorang yang di panggil ukhti itu. Dinda terkekeh mendengar jawaban dari seseorang itu.

"Ini Ran aku mau ngenalin teh Tasya, dia kan sekamar sama kamu. Tadi dia minta di ken- aaawww ih teh Tasya kok nginjek sih." Jelas Dinda yang terpotong oleh injakan kaki Tasya.

'Ternyata dibalik sikapnya yang anggun Dinda juga orangnya ember untung gue injek dia,jadi gak ngomong deh.' Batin Tasya.

"Ohh iya Tasya ya? Saya Maharani Nur Aida. Panggil Rani aja. Salam kenal ya..." Ucap Rani sambil mengulurkan tangannya.

"Tasya yang cantik, imut, baik hati dan tidak sombong. Di panggil nengok" Ucap Tasya sambil membalas uluran tangan Rani.

Tasya menghembuskan nafasnya ditengah keheningan. "Din terus kapan gue pulangnya?" Tanya Tasya dengan wajah melasnya.

Dinda mengerjap-ngerjapkan matanya. "Pulang kemana tehh?" Tanya Dinda.

"Ke rumah gue lah! Kan abang gue bilang katanya kalo gue bangun pagi, sikapnya baik bakal cepet di keluarin." Ucap Tasya dengan wajah polos-polos bodohnya itu.

Dinda mengankat sebelah alisnya, aneh dengan penuturan Tasya. Dinda berdecak saat mendengar ternyata Evan lah biangnya.

"Ih mana ada atuh. Akangnya teteh mah sesat kayaknya, gak ada pesantren cuman satu hari di pulangin. Emangnya pesantren kilatnya anak SD, kalo di sini empat tahun teh... Apalagi teteh kan masih kelas 10." Ucap Dinda yang jengkel dengan kelakuan kakaknya Tasya.

"Selamat datang di penjara suci ya Tasya manis, cantik dan tidak sombong." Bisik Rani membuat Tasya seketika merinding. Tasya sudah tidak bersemangat, benar-benar tidak bersemangat.

'AWAS LO ABANGGG.' Teriak Tasya dalam hati.

"Yaudah yuk Ran, teh, kita keluar. Katanya tadi kita suruh kumpul di lapangan" Ajak Dinda.

Tasya mengangguk. "Hm ayo." Ucap Tasya dengan wajah yang terlihat lesu, suram dan tak ada minat.

"Yuk." Ucap Rani sambil menarik tangan Tasya.

***

Setelah melaksanakan shalat isya, mereka di beri tugas menghias kawasan pesantren untuk menyambut tamu yang dimaksud Dinda tadi siang. Iya, pengumuman di lapangan ternyata menghias kawasan pesantren.

"Ran masa gue dapet bagian masang ini di atas, pada niat banget ngerjain gue ye? Mana bisa pake gamis gini naik tangga, gue juga takut jatoh tau. Kok gue lama-lama kesel ya sama nenek lampir itu." Ucap Tasya sambil menunjukan kertas warna-warni yg telah di tugaskan untuk di tempel di dinding dinding atas.

Tasya menatap tajam Anisa, kakak kelas yang tadi pagi. Tasya jijik dengan sikap nenek sihir itu, sok sibuk sekali dia, sok ramah lagi, dasar muka dua.

"Lah kamu mah mendingan atuh dapet tugas itu, lah saya disuruh lap kaca jendela dari jung sampe ujung kurang kerjaan apa lagi coba?" Ucap Rani sambil melap kaca yang hampir selesai.

"Lagian si Dinda kemana sih? Kita cape-cape disini dia malah ngilang." Ucap Tasya sambil celingak-celinguk.

"Eh Ran lo ada rencana kabur ga? Bareng yuk sama gue!" Ajak Tasya.

Rani menggeleng. "Yaudah kalo bisa, sana aku doain semoga gak ada yang jaga." Ucap gadis bertubuh tinggi itu yang masih terfokus dengan kaca-kaca.

"Woaah ide bagus itu, nih gue nitip ya sekalian pasangin bye." Ucap Tasya memberikan kertas warna-warni di tangannya.

Rani memperhatikan punggung Tasya yang menjauh. "Aya aya wae eta budak (ada ada aja itu anak), baru juga hari pertama udah berani bikin namanya tercoreng." Gumam Rani.

***

Tasya melangkah pelan setelah hampir sampai dengan tembok tinggi di depannya. Mata gadis itu menatap tidak percaya pada tembok di hadapannya, lebih tinggi dari pagar sekolah ternyata.

"Lah gue kan gak tau jalan keluarnya ya? Siapa tau ini tembok ngarah ke pesantren cowok lagi, mampus deh gue. Kenapa juga tadi gue gak nanya dulu, aduhh Tasya Tasya, kepentok apa ya kepala gue jadi hilang kepinterannya gini." Ucapnya pada diri sendiri.

"Heyy!!!" Teriak orang tersebut sambil menepuk pundak Tasya yang membuat gadis itu terkejut.

"Jangan teriak anjirrr!! Siapa lo?? Kok cowok ada di daerah asrama putri? Wah lo mau kabur yaa? Gue teriak ya." Ucap Tasya.

"Gue beneran teriak nih, satu... dua... tig... " ucapan Tasya terhenti.

"Kenapa? gak jadi teriaknya?" Ledek cowok itu yang membuat Tasya mendengus sebal.

"Kan gue mau kab-- eh." Ceplos Tasya membuatnya terkejut dengan ucapannya sendiri.

Cowok itu semakin mendekat, dan bila dilihat dari penampilannya dia seperti...
Tasya teringat seseorang.

"Eh lo Arlangga Putra itu kan?! Kakak kelas yang suka kesiangan? Suka cabut? Dan terakhir lo yang bikin gue jadi ada di penjara suci ini!!!" Ucap Tasya secepat jet tercepat di dunia.

"Bener banget. Dan sekarang juga gue harus bawa lo dalam masalah gue lagi." Dia memperhatikan sekelilingnya.

"AYO LARI...!!" Teriak cowok itu sambil menarik lengan Tasya.

"Den jangan lari atuh, udah larinya. Nanti saya bilang apa ke Abah aden kalo aden kabur begini." Teriak seseorang di belakang mereka sambil berlari mengejar Putra dan juga Tasya tentunya.

"ANJIR UDIN GUE PAKE GAMISSS!!! SENDAL GUE COPOT SATU BAMBANG!!" Teriak Tasya sambil berlari karena dia di tarik Putra. Bayangkan saja Putra yang tinggi dan pastinya langkahnya lebar menarik Tasya yang mungil. Kurang sengsara apalagi coba Tasya.








Love You Akang Santri [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang