Extra Part

13.2K 1.2K 194
                                    

Sebuah rombongan mempelai laki-laki telah mulai memasuki rumah orang tua Tasya. Terlihat dari jendela kamar Tasya yang berada di atas, mereka ada dan nyata, bukan mimpi apalagi gaib. Padahal Tasya mengira itu hanya sebuah mimpi. Tasya hampir meneteskan kristal bening yang telah menggenang di pelupuk matanya.

Lima tahun memang bukan waktu yang singkat untuk melupakan seseorang yang ada di hatinya. Bahkan sampai sekarang pun Tasya masih belum bisa melupakan semua kenangan terdahulu bersama Yusuf.

Tasya memang berharap kejadian lima tahun lalu hanya sebuah mimpi, bukan kenyataan. Semuanya benar-benar cepat terjadi, seperti baru saja kemarin Tasya mendapat kebahagian. Namun, Allah mengambilnya kembali. Mungkin itu juga sebuah peringatan juga untuk Tasya.

'Kriet'  Dinda tersenyum ketika memasuki kamar Tasya.

Tasya menatap tak percaya pada Dinda. Wanita mana yang tersenyum ketika suaminya akan menikahi wanita lain? Yang jelas wanita di hadapannya kini sedang tersenyum kepada Tasya.

"Ayo teh keluar, udah sah loh. Suami teteh udah nunggu." Ucap Dinda.

Tasya tersenyum miris di balik cadar putihnya. Tabah sekali wanita di hadapannya, bagaimana bisa sahabatnya setenang ini? Tanpa meneteskan air mata?

Dua minggu lalu orang tua Tasya menerima lamaran untuk Tasya dari seorang pria. Tasya tidak tau wajah sang pria, Tasya juga tak tau jika pria tersebut suami sahabatnya.

Ya, pria itu Putra. Padahal Tasya fikir ada ribuan orang bernama Putra. Ia tak habis fikir bahwa Putra yang melamarnya adalah Putra suami Dinda.

"Ayo teh! Masa pengantinnya malah bengong gini, senyum dong!" Kata Dinda seolah tidak ada beban.

Gadis kecil berumur empat tahun melirik Dinda. "Umi! Kan Bunda Tasya pakai cadar, senyumnya enggak keliatan dong."

Tasya memejamkan matanya, bahkan bukan hanya kebahagiaan istri yang Tasya renggut, tapi juga kasih sayang ayah yang pastinya akan terbagi. Tasya menghembuskan nafas, matanya terbuka, apapun takdir yang Allah beri semoga Tasya tidak menjadi penghancur atau perusak kebahagiaan orang lain.

Dengan dibantu Dinda dan Tata si gadis kecil di sampingnya, Tasya dengan gaun putih sederhana keluar dari kamarnya. Hanya pernikahan sederhana, sekedar dihadiri keluarga mempelai pria dan wanita.

Tasya melihat pria yang sekarang mejadi suaminya tersenyum manis ke arah Tasya, namun dengan segera Tasya membuang wajah ke samping. Bahkan dengan melihat wajah pria yang sekarang menjadi suaminya rasa bersalah Tasya semakin menjadi-jadi.

Sekarang Dinda sudah duduk bersama suaminya dan putrinya. Tasya hanya bisa menghela nafas karena sekarang dirinya dan pria itu menjadi pusat perhatian keluarga.

Tunggu. Tasya menoleh kearah Dinda. Suaminya? Mata Tasya meneliti pria yang sekarang berada di hadapannya. Lalu dia siapa? Pria di hadapannya siapa?

"Dede! Cepet tuh samperin istrinya! Diliatin doang." Celetukan dari abi Putra membuat keluarga di situ tertawa.

Dede? Tunggu-tunggu, apa maksudnya ini? Mengapa Putra ada dua orang?

"Halo, gue Herlangga Putra kembaran Arlangga Putra. Kalo lo lupa gue bisa seret lo kabur kaya dulu, dan lo bisa pura-pura asma. Bukan Putra, tapi Elang." Bisik Pria itu.

'Cup'

"Panggil Kak Putra juga boleh, kaya dulu hehe."

Belum cukup kecupan di kening Tasya secara tiba-tiba pria itu juga memberikan suatu kejutan. Pria itu mendekatkan bibirnya ke telinga Tasya.

"Gue bisa jinakin cacing di perut lo juga kalo malem."

Tamat


Halo semuaa!!! Ih aku gemes banget bikin part ini, soalnya ini kejutan yang aku buat dari jauh-jauh hari wkwk

Kalo kalian bingung siapa cowo ini, mending baca dari awal lagi, atau mungkin ada yang ngerasa dari awal putra emang beda? Wkwk semoga emang udah nyadar karena aku kasih petunjuk di part awal-awal.

Aku sengaja up sekarang dan rencananya mau aku tamatin hari ini semuanya. Takut keburu masuk sekolah soalnya:)

Love You Akang Santri [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang