Extra Part 2

12.6K 1K 31
                                    


"Elang kamu bikin masalah lagi ya di sekolah? Gak kasian apa sama umi?!" Tanya laki-laki berseragam putih abu-abu yang baru memasuki rumah.

Sedangkan seseorang yang ditanya malah acuh dan makan dengan santainya. Tidak ada jawaban, membuat sang penanya berdeham keras.

Laki-laki itu bedecak kesal karena ketenangannya diganggu. Herlangga Putra, atau laki-laki yang akrab disapa Elang memang sedikit berbeda dari saudaranya.

Arlangga Putra atau laki-laki yang dipanggil Putra itu menurut Elang terlalu lurus jalan hidupnya, mengikuti alur, terlalu baik, berbeda dengan dirinya. Bahkan kemarin saja ia dipanggil ke ruang BK entah untuk yang ke berapa kalinya, lebih parah lagi Elang malah menarik seorang gadis dan membuat gadis itu harus keluar dari sekolah. Elang berani bersumpah, Elang tidak sengaja menarik adik kelasnya itu.

"Kalo kakak ngomong tuh bisa gak sih di dengerin?! Kamu tuh udah dewasa seharusnya."

"Kan gue dengerin sambil makan, kalo lo mau ngomong ya ngomong aja. Elang juga denger kok." Jawab Elang.

"Saya kakak kamu, umi percaya sama kakak buat bikin kamu jadi bener, tapi kamunya gak bener-bener!"

"Kita cuma beda sepuluh menit kalo lo lupa, jadi kita itu seumuran karena lahir di hari yang sama." Jawab Elang.

Putra menghempaskan tubuhnya ke sofa, sudah lelah Putra memberi wejangan pada adiknya. Wajah serupa pun tidak akan menjamin sikap yang dimilikinya serupa bukan? Ya, mereka kembar identik.

"Sebenernya saya ada saran buat kamu." Ucap Putra membuat Elang menoleh, menunggu kata-kata apa yang akan keluar dari mulut Putra, kakaknya.

"Masuk pesantren!"

***

Seorang laki-laki berusia sekitar setengah abad terlihat sedang berbicara serius dengan seorang kyai pemilik pesantren tempat Elang dan Putra akan dipesantrenkan. Kenapa tidak di pesantren milik kakeknya? Padahal kakeknya sendiri adalah seorang pemilik pesantren.

Elang mendengus, ia bosan berada di tengah-tengah keramaian namun seperti tidak dianggap. Putra? Jangan ditanya, laki-laki itu sukses membuat putri sang pemilik pesantren terpukau dengan suara emasnya yang laki-laki itu gunakan untuk mengaji. Lalu dirinya? Sudah lah memang tidak ada yang bisa dibanggakan kan dari elang.

Tiba-tiba otak jenius Elang mendapatkan ide yang cemerlang. Boleh kan sesekali Elang menyebut otaknya jenius? kasian otak Elang jarang dipuji nanti insecure. Elang menyunggingkan senyum tipis.

'Gue bisa kabur kan?'

Diam-diam Elang berhasil menyelinap keluar dari ruangan itu. Kaki Elang melangkah menuju sebuah tembok, ada seorang gadis juga. Bahkan dari jarak sekitar dua meter Elang bisa mendengar apa yang gadis itu ucapkan, kesempatan bagus kan mempunya teman untuk kabur.

"Lah gue kan gak tau jalan keluarnya ya? Siapa tau ini tembok ngarah ke pesantren cowok lagi, apes deh. Kenapa juga tadi gue gak nanya dulu, aduhh Tasya Tasya, kepentok apa ya kepala gue jadi hilang kepinterannya gini." Monolog gadis itu.

Elang terkekeh melihat gadis itu. "Heyy!!!" Teriakan Elang berhasil membuat gadis itu terlonjak kaget.

"Jangan teriak anjirrr!! Siapa lo?? Kok cowok ada di daerah asrama putri?? Wah lo mau kabur yaa?? Gue teriak ya." Ancaman gadis itu membuat Elang semakin yakin bahwa gadis itu sedang panik.

"Gue beneran teriak nih, satu... dua... tig... "

"Kenapa?? gak jadi teriaknya??" Tanya Elang, gadis itu mendengus sebal.

"Kan gue mau kab-- eh." Ceplos gadis itu membuat gadis itu terkejut dengan ucapannya sendiri.

Elang semakin mendekat, gadis itu memperhatikan wajah Elang. Raut sang gadis terlihat seperti sedang berfikir keras.

"Eh lo Arlangga Putra itu kan?! Kakak kelas yang suka kesiangan?? Suka cabut?? Dan terakhir lo yang bikin gue jadi ada di penjara suci ini!!!"

Elang mengangkat salah satu alisnya. Laki-laki itu terkekeh, gadis di hadapannya benar-benar sok tau ya.

"Bener banget. Dan sekarang juga gue harus bawa lo dalam masalah gue lagi." Elang memperhatikan sekelilingnya.

"AYO LARI...!!" Teriak Elang itu sambil menarik lengan gadis itu.

"DEN JANGAN LARI ATUH, UDAH LARINYA NANTI SAYA BILANG APA KE ABAH ADEN KALO ADEN KABUR BEGINI." Teriakan  seorang suruhan kakeknya yang berada di belakang mereka sambil berlari mengejar Elang.

"ANJIR UDIN GUE PAKE GAMISSS!!! SENDAL GUE COPOT SATU BAMBANG!!"

Love You Akang Santri [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang