1. Beneran ke Pesantren?

32.3K 2.3K 95
                                    

"Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya."
(Q.S. an-Nahl [16]: 18).


Happy reading!

Di dalam mobil, seorang wanita paruh baya dengan jilbab lebar yang sedang menyetir menghembuskan nafas panjang. Wanita itu lelah dengan tingkah putrinya yang semakin menjadi-jadi.  Sesekali wanita tersebut memperhatikan Tasya yang duduk di kursi belakang, gadis itu malah asik memperhatikan rambut merahnya yang mulai bercabang.

"BK lagi, BK lagi!! kapan sih kamu kapoknya?!" Tanya Dina, Mamanya sudah sangat geram dengan tingkah Tasya.

"Papa kamu udah kerja lembur nggak pulang-pulang kayak Bang Toyib! Mama udah capek loh Tas, kapan kamu ngerti sih? Enggak bisa jadi kebanggan buat orang tua, bisanya bikin masalah terus!" Ucap Dina membuat putrinya merengut. Wanita itu berhenti berbicara sebentar untuk mengambil nafas.

Tidak ada pembelaan dari Tasya, mau membela diri pun ucapan Mamanya memang benar. Coba saja dulu Tasya ikut olimpiade pasti dia bisa membalas perkataan Mamanya. Tapi Tasya cukup sadar diri karena otaknya memang pas-pasan, gimana coba cara Tasya bisa ikut olimpiade, mungkin dalam mimpi.

Gadis itu malah memilih memainkan handphonenya. Hilang sudah kesopanan Tasya sepertinya, orang tua sedang menasihatinya malah dia abaikan.

"Pokoknya Mama gak mau tau. Kamu harus masuk pesantren!!" Lanjut Dina.

Tasya membulatkan matanya. "What!! Demi apa Tasya yang cantik ini mau di masukin ke pesantren?! Gila!! Parah parah parah!" Ucap Tasya setengah berteriak sambil melakukan live di instagramnya. Tasya terperanjat, terkejut dan merasa teraniaya.

Bagaimana dirinya tidak kaget. Tasya Amelia, si biang masalah di sekolah, beban sekolah. Cewek yang gak ada alim-alimnya sama sekali, walaupun tampangnya terlihat seperti anak baik baik.

Perintah mamanya ini saja sudah membuat gadis itu lemas tidak berdaya bagaikan manusia yang jomblo dari embrio. Dan yang membuat lebih kagetnya lagi adalah kata-kata mamanya yang sudah keluar tidak bisa di ganggu gugat. Itu membuat Tasya hanya bisa pasrah.

***

Pagi yang sama dengan pagi-pagi kemarin. Seorang wanita paruh baya yang berjilbab lebar, siapa lagi kalau bukan bu Dina, Mamanya Tasya. Dengan penuh semangat, wanita itu menggedor-gedor pintu kamar anak gadisnya yang mungkin tidak pantas di sebut gadis.

Mana ada anak gadis yang tidur dari kemarin sore sepulang dari sekolah selesai acara marah-marahan sampai sekarang jam dua belas siang lewat sepuluh menit.

"TASYAA!! TASYA!!" Teriakan wanita paruh baya itu terdengar lagi, entah sudah yang keberapa kali Dina berteriak.

Seorang laki-laki menghampiri Dina. "Ada apa sih mah? Dari pagi teriak teriak mulu?" Tanya Evan, abang Tasya.

"Tuh adek kamu kebo banget. Enggak bangun-bangun udah digedor-gedor juga masih aja kaya jenazah." Jawab Dina.

"Yaudah ma biar Evan aja yang bangunin." Ujar Evan.

Dina mengangguk. Akhirnya tenggorokannya akan berakhir aman hari ini. Wanita paruh baya itu meninggalkan Evan sendiri di depan pintu.

'Tok tok tok' Evan mengetuk pintu kamar adiknya.

Evan adalah satu-satunya saudara kandung Tasya. Itupun bu Dina masih curiga, Tasya itu sebenernya anaknya atau bukan.

Love You Akang Santri [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang