21. Datang dan Pergi

10.7K 1.2K 73
                                    

Tasya dan Yusuf memasuki ruangan, suara isak tangis langsung menyapa indra pendengar Tasya. Ustazah Mia tergopoh-gopoh menghampiri Tasya yang berjalan di belakang Yusuf.

Ustazah Mia memeluk Tasya. "Tasya kamu mau kan nak? Kamu udah janji sama ibu kan kalo kamu mau ibu jodohkan dengan putra ibu?" Tanya Ustazah Mia.

Pikiran Tasya menerawang ke kejadian dulu, Tasya dan Ustazah Mia sedang duduk di kursi Taman. Di situ Ustazah Mia sedang menemani Tasya menghafal.

"Saya gak betah di sini ustazah, saya pengen pulang. Saya kangen mama saya."

Ustazah Mia terkekeh. "Dulu juga saya gak betah di pesantren, tapi saya punya tekad buat gak akan pulang kalo saya belom dapet ilmu. Kalo kamu rindu mama kamu, kamu boleh ko anggap saya mama kamu selama di pesantren."

Tasya memeluk Ustazah Mia. "Tasya panggil Ustazah Mia ibu ya?"

Ustazah Mia membalas pelukan Tasya. "Boleh nak."

Tasya melepaskan pelukannya, tasya menatap Ustazah Mia sembari menggigit bibirnya. "Tapi bu saya gak bisa cuci mata di sini. Di sini gak ada cogan." Ucap Tasya takut-takut.

"Cogan?" Tanya Ustazah Mia.

"Cowok ganteng loh bu."

Ustazah Mia terkekeh. "Anak ibu juga ganteng loh, nanti ibu kenalin deh."

"Wah beneran bu? Pasti kalo mamanya kaya ibu, anak ibu sholeh ya? Yaudah deh kalo gitu Tasya fokus ngafal aja, gak akan sampe bu pasti. Saya sama anak ibu itu bagaikan langit dan bumi. Kayak halu banget gitu, nanti saya ketularan Rani sama Dinda yang halu jadi istrinya Putra."

Ustazah Mia menahan senyumnya. "Kan jodoh gak ada yang tau."

Tasya bergikir sejenak, kemudian gadis itu mengangguk. "Kalo saya dilamar duluan saya janji deh enggak bakalan nolak. Mungkin kalo anak ibu lamar saya itu tuh antara khilaf dan terkena jurus pelet saya bu." Jawab Tasya membuat Ustazah Mia Tertawa.

"Sudah-sudah! Lanjut hafalannya, kalo bulan ini kamu bisa menghafal setengah juz ibu akan belikan cokelat."

Mata Tasya berbinar. "Bener ya bu?"

"Iya dong, masa boong."

Tasya merasakan tepukan di bahunya membuat lamunannya pecah. Dina yang menepuk bahu Tasya. Papa dan mamanya telah sampai dengan raut wajah panik.

"Bang Evan masih di sana ma?" Tanya Tasya.

Wanita itu mengangguk. "Iya, nanti abang kamu nyusul ke sini."

"Sayang kamu terima ya lamaran dari Yusuf? Papa yakin dia akan jadi imam yang baik untuk kamu."

Tasya melihat Kyai yang menatapnya lemah. Tasya mengambil nafas sebanyak-banyaknya.

Tasya mengangguk. "Insyaa Allah Tasya yakin sama keputusan Tasya, Tasya terima lamaran dari Kang Yusuf."

Semua orang di ruangan itu menghembuskan nafas lega, termasuk Yusuf tentunya.

"Bisa kah pernikahannya dipercepat menjadi hari ini? Ini permintaan terakhir saya, saya sudah melihat dua anak saya menikah, sekarang giliran Yusuf." Ucap lemah Kyai.

Yusuf menghampiri kyai, laki-laki itu menangis. "Jika itu kemauan abi akan Yusuf turuti, tapi abi harus janji pada Yusuf, abi harus sembuh."

Kyai menggangguk kemudian tersenyum. "Abi janji."

***

Dengan dihadiri keluarga dan dengan pernikahan seadanya Tasya dan Yusuf resmi menjadi pasangan suami istri. Tanpa gaun indah serta disambut dengan tangisan kehilangan.

Love You Akang Santri [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang