Prolog

54.6K 2.7K 47
                                    

Di ruang Bimbingan Konseling (BK) acara teriak-teriak itu masih berlangsung, lebih tepatnya teriakan guru BK. Peristiwa yang paling ditunggu-tunggu oleh para guru tentunya. Memberantas beban sekolah yang sering berbuat ulah.

Peristiwa apalagi jika bukan peristiwa keluarnya biang onar sekolah, bahkan semua guru telah menunggu detik-detik ini. Seakan-akan jika Tasya keluar dari sekolah, seluruh masalah di dunia akan musnah. Sedikit lebay mungkin, tapi memang itu kenyataannya yang ada dipikiran para guru.

"Tasyaaa!! Sudah berapa kali kamu masuk BK?? Bapak bosen nyatet kasus kamu terus! Sekarang juga suruh kesini orang tua kamu, surat drop out menunggu." Ucap pria berkumis lebat dan melintang itu.

Tasya berkedip-kedip lucu, dia duduk tepat di depan pria berkumis melintang itu dengan batas meja ditengahnya. Tasya terbengong memikirkan sesuatu, Tasya terbengong dengan mulut mengaga, sangat memberi kesan menyebalkan untuk guru yang ada di hadapannya itu.

Tasya memikirkan hal yang penting pasti, karena terlihat dari wajahnya yang terlihat terkesima. Hal yang Tasya pikirkan adalah 'entah sudah berapa tahun kumisnya Pak Mamat gak di bersihkan, sampai-sampai kumisnya bisa melengkung tahan air gitu'.

Tasya mengerjap beberapa kali menyadarkan diri dari lamunannya. "Bapak Mamat yang ganteng, baik hati dan tidak sombong yang kumisnya indah seindah perosotan TK. Bapak gak cape ya ngoceh terus?"

"Wah apa mungkin bapak ngomongnya kecepetan sehingga ludahnya yang muncrat terfilterisasi di dalam kumis anda yang indah pak??" ucap Tasya sambil mengungkapkan hipotesis sementara yang ia buat untuk pertanyaan yang tadi ada di otaknya.

Wajah guru itu sudah memerah menahan kekesalannya. "Tasyaaa!" Teriak Pak Mamat yang memelototi Tasya.

Gadis itu bertolak pinggang. "Pak ya ampun, teriak-teriak mulu dari tadi. Inget umur pak! nanti panuan loh pak." ucap Tasya yang sok bijak, walaupun tidak ada hubungannya teriak-teriak dengan penyakit panu.

"Tasyaaa... sekarang!"Teriak Pak Mamat yang geram.

"Hadir!!"

"Cepat telpon orang tua kamu! Atau bapak-benar akan mengeluarkan kamu dari sekolah ini."

Tasya menggaruk rambutnya yang berwarna merah menyala layaknya jamet itu. "Oh jadi tadi mau di drop out nya boongan pak?" Pertanyaan Tasya langsung mendapatkan jawaban pelototan dari Pak Mamat.

Gadis itu terkekeh pelan. "Iya-iya ini di telpon pak, santai aja sih." Ucap Tasya sambil mengeluarkan handphone dari sakunya.

"Halo ma."


Halo aku balik lagi nih, jangan lupa vote juga kalo ada salah tolong koreksi. Makasih♡♡

Love You Akang Santri [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang