Prolog

8.6K 757 9
                                    

"Non, kamu jadi mau daftar di mana?" Ibu Nanon bertanya jengah pada anaknya yang baru lulus SMP tapi tak kunjung mencari sekolah baru.

Yang ditanya hanya menoleh sekilas dari game yang ditekuninya dari pagi hingga sekarang matahari sudah tinggi. "Nggak tau bu, kayaknya aku mau ke SMA 137 aja." jawabnya enteng.

"Kamu pikir gampang masuk ke sana? Bukannya itu salah satu SMA favorit ya? Lebih baik kamu masukkin berkas pendaftaran ke SMA lain juga, sekalian jaga-jaga kalau di SMA 137 nggak keterima."

"Tenang bu, nilai aku lumayan tinggi kan, 36,5 dari 40,0 sepertinya cukup buat masuk ke situ. Lagi pula aku nggak mau daftar ke tempat lain lagi, males. Kalau udah takdir sekolah disana pasti diterima, kalaupun belum ya tinggal daftar ulang tahun depan, atau ke Jakarta aja nyari kerja." agak sombong memang tapi Nanon memang selalu masuk tiga besar di SMPnya jadi nem segitu wajarlah untuknya.

"Bocah gemblung! asal aja kalau bicara. Kamu pikir ijasah SMP mau cari kerja apa? babu? tukang parkir? atau tukang semir sepatu?" gerah juga lama-lama berbicara dengan anak badungnya ini.

"Kita lihat aja nanti bu, besok aku bakal kesana buat daftar. Ibu do'ain aku ya.."

Ibunya hanya mengangguk bosan, "Pasti, emangnya siapa yang mau anaknya jadi gembel di Jakarta."

Akhirnya setelah penantian yang tidak terasa (Nanon tak pernah mengecek peringkatnya di jurnal PPDB, padahal teman seangkatannya hampir tiap hari menyambangi mading SMA 137 untuk mengecek jurnal, siapa tahu peringkatnya lengser jauh jadi bisa langsung dicabut dan mendaftar ke SMA lain) Nanon diterima di SMA 137 dengan peringkat nilai ke 44 dari 202 siswa dan bonusnya dia ada di kelas IPA tentu saja.

Dari sinilah mulai acara MOPDB yang benar-benar tak diharapkan oleh Nanon (mungkin).

SMA N 137 (OhmNon Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang