Nanon mengeratkan pegangan pada selempang tas gendong yang dipakainya. Hari masih sangat pagi jadi tak heran kalau hawa dingin masih mendominasi.
MOPDB hari terakhir ini rencananya Nanon akan diantar oleh ayahnya. Karena jadwal kerja sang ayah hari ini adalah siang, jadi pagi ini beliau kosong.
Pemuda dengan jaket biru itu berjalan mendekati ayahnya yang sedang memanaskan mesin motor di halaman rumah.
"Pak, ayo berangkat. Nanti telat." Raut muka Nanon sudah agak panik.
Sang bapak hanya menggelengkan kepala. "Masih jam setengah enam, Non. Adik kamu aja belum bangun."
"Tapi mulainya jam enam, pak. Nanti kalau telat aku dihukum. Seniornya galak-galak, pak."
"Iya, iya. Ayo naik. Kamu udah pamit sama ibu belum?" Ayahnya bertanya sambil menyetarter motor.
"Udah kok tadi."
"Udah sarapan?" ayahnya bertanya lagi.
"Minum teh doang sih. Perut aku nggak nyaman dari tadi, pak. Nanti beli di kantin aja deh." Jelas Nanon menyamankan duduknya di boncengan motor.
Ayah Nanon menanggapi setelah motor berjalan keluar area jalan raya. "Jangan sampe lupa makan loh, kak. Jaga kesehatan, jadwal kamu lagi padat-padatnya kan?"
"Iya, pak. Nanti waktu istirahat pertama aku langsung cari makan kok."
Setelahnya perjalanan menuju SMA N 137 itu diisi dengan ayah Nanon yang memberi berbagai nasehat pada anak sulungnya dan Nanon yang menanggapi seperlunya nasehat ayahnya. Si pemuda manis sebenarnya masih mengantuk ngomong-ngomong.
....
Tiba di depan gerbang Nanon langsung mencium tangan ayahnya dan berlari menuju lapangan. Benar saja dugaannya, dia telat lima menit. Teman-temannya sudah berbaris rapi di lapangan.
Nanon berpapasan dengan Krist yang baru dari ruang OSIS. "Kamu telat, kan? Masuk ke barisan itu." Perintah Krist pada Nanon sambil menunjuk barisan yang anggotanya sedikit di ujung bagian depan lapangan. Sepertinya itu adalah barisan dari para junior yang telat seperti dirinya.
"Baik, kak." Nanon langsung berlari ke barisan yang dimaksud.
"Lepasin jaket sama tas kamu. Taruh di belakang lalu masuk barisan lagi." Seorang senior yang berjaga di belakang barisan Nanon memperingatkan si manis. Nanon mengikuti perintah senior yang tak dia tahu namanya ini.
Si pemuda manis menengok kanan kirinya. Junior yang berbaris di sekitarnya ini tak ada satupun yang dia kenal. Kalau saja ada satu temannya dia ingin mengeluh sebentar sebenarnya.
Badannya terasa menggigil karena jaketnya dilepas. Nafasnya juga sudah tersengal-sengal karena berlari dari gerbang tadi. Belum lagi perutnya yang terasa perih. Nanon benar-benar takut akan pingsan di lapangan kalau tak ada yang mengajaknya mengobrol untuk melupakan rasa sakitnya.
Nanon sedang menggerak-gerakkan badannya kecil sambil memegang dadanya saat seorang anggota PMR berambut panjang mendekatinya.
"Dek, kamu nggak apa-apa? Kamu sakit?" Tanya anggota PMR itu sambil memegang pundak Nanon.
Yang ditanya hanya menggeleng sambil menunduk. Tapi nafasnya sudah semakin tersengal.
Melihat keadaan Nanon yang terlihat tak baik-baik saja gadis itu menuntunnya ke belakang barisan.
"Neen, dia kenapa?" Seorang pemuda berjas OSIS menghampiri Nanon dan si gadis PMR, Neen.
"Kayaknya asma, Ohm. Gue bawa ke UKS deh." Neen menjelaskan pada pemuda yang ternyata Ohm itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
SMA N 137 (OhmNon Version)
FanfictionCerita klasik tentang kakak kelas dengan adik kelas di tengah Masa Orientasi Peserta Didik Baru. Sudah pernah dipublish dalam versi Singto-Krist oleh author yang sama. Isi cerita sama dengan versi sebelumnya ditambah beberapa perubahan seperlunya d...