Chapter 30

2.6K 361 44
                                    

Bunyi pintu depan yang terbuka menandakan seseorang masuk ke dalam rumah. Ayah dan ibu Ohm memandang anak laki-lakinya yang baru datang dengan penuh tanda tanya.

"Dari mana aja jam segini baru pulang?" Ayah Ohm yang memulai bertanya.

"Nganter ke toko buku buat nyari bahan tugas biologinya." Jawab si tampan masih dalam posisi berdiri.

Kedua orang tuanya saling berpandangan seolah berkata lewat tatapan. Sang ibu mengangguk.

"Mandi dulu sana, habis itu kita makan bareng. Ayah sama ibu tunggu di ruang makan." Perintah ayahnya tegas.

Tanpa dua kali perintah Ohm bergumam mengiyakan lalu beranjak ke kamarnya.





....





Suasana makan bersama di rumah Ohm selalu seperti ini. Hening, hanya suara sendok yang beradu dengan piring. Ayah Ohm tak suka jika ada yang berbicara saat makan. Tak sopan, katanya.

Tapi diam malam itu terasa berbeda bagi si anak. Ada dua pasang mata yang tak lepas memperhatikannya sejak dia duduk di kursinya tadi.

Selesai makan, Ohm hendak langsung membereskan piringnya dan kabur ke kamar untuk istirahat, sebelum sang ayah menyela, "Ohm, duduk dulu sebentar."

Benar kan, ada yang mau ayah omongin -batin Ohm

"Ada apa, yah?"

Ibu Ohm tak mau ikut campur. Kepala sekolah SD itu memilih membereskan bekas makan mereka dan mencucinya di dapur. Meski sesekali dia mencuri dengar obrolan serius pasangan anak dan ayah itu.

"Udah lama adik kelasmu itu nggak main kemari. Kalian ada masalah?"

Ohm agak kaget. Kenapa ayahnya mau tahu sekali tentang Nanon?

"Nggak kok. Tadi aja aku nganterin dia pulang, kan?" Sebenarnya itu pernyataan, bukan pertanyaan.

Sang ayah berdehem, "Terus kenapa?"

"Sebentar lagi ujian semester. Dia juga sibuk belajar, yah. Ini kan ujian semester pertamanya di SMA." Ohm masih belum paham kemana arah pembicaraan ayahnya ini.

Yang lebih tua mengangguk-angguk sambil memegang dagunya.

"Masalah kedekatan kamu sama adik kelasmu itu...."

"Kami pacaran, yah. Maaf nggak jujur dari awal." Potong Ohm secepat kilat.

Bukan hanya ayahnya yang kaget sampai tersedak ludahnya sendiri. Ibunya yang ada di dapur-pun hampir saja menjatuhkan piring yang dipegangnya.

"Maaf kalau aku ngecewain ayah sama ibu. Tapi aku beneran cinta sama Nanon, yah." Muka sendu Ohm mencoba menatap mata sang ayah.

Sang ayah masih diam. Bahkan kini pandangannya membuat nyali Ohm menciut. Sang pradana itu sudah menundukkan kepalanya menatap meja makan di hadapannya.

"Bodoh."

Ucapan singkat itu membuat si tampan kembali mengangkat wajahnya. Mencari tahu apa maksud sang ayah.

"Kamu pikir ayah nggak pernah muda?"

Ohm makin menatap bingung. "Maksud ayah?"

"Aku, bahkan mungkin ibumu juga udah tau dari awal kamu ajak anak itu kemari. Memangnya untuk apa kakak kelas ngajak adik kelasnya main ke rumah kalau dia bukan orang yang spesial?"

"Jadi ayah tau? Terus, kenapa nggak tanya dari awal aja?"

"Ayah cuma nunggu kamu berani ngomong sendiri aja."

SMA N 137 (OhmNon Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang