BRAAK !!
Sampai satu dobrakan di pintu kelas X IPA 4 kembali terdengar. Menampakkan Singto, sang pembina OSIS dengan tatapan yang sulit diartikan oleh para senior dan junior di kelas itu.
Pak Singto maju menuju Janhae yang masih memandangnya bingung. Sebenarnya tak hanya Janhae, semua junior juga bingung dengan maksud sang guru.
Hanya suara sol sepatu pak Singto yang beradu dengan keramik kelas yang jadi backsound di tengah keheningan ruangan. Tiba di depan Janhae Pak Singto mengulurkan tangannya, yang membuat Janhae menaikkan sebelah alis tanda tak paham.
"Kamu nggak mau membalas jabatan tangan saya, Jan?" Pak Singto berucap diselingi senyum manis.
Janhae yang sadar dari bingungnya langsung menjabat tangan Pak Singto yang terulur sambil mencium tangannya tanda hormat.
"Selamat Ulang Tahun, Janhae." Pak Singto dan seluruh anggota OSIS yang ada di sana kompak bersuara memecah kebingungan.
"Haah? Apa maksudnya nih?" Yang ulang tahun malah gagal paham.
Tak lama muncul sang ketua OSIS dengan kue ulang tahun dan lilin berangka 16 diatasnya.
"Lu ulang tahun, begok." Krist berucap sambil menatap Janhae geli.
"Kit .. " Pak Singto memperingatkan Krist atas bahasa yang digunakannya.
"Ups, maaf. Habis dia kelamaan loadingnya." Gurau Krist yang dibalas gelak tawa semua penghuni kelas.
"Jadi, itu tadi semua cuma boongan, kak?" Punpun yang terlanjur penasaran bertanya takut-takut.
"Iya, dek. Kami cuma pengen ngerjain Janhae dikit di hari ulang tahunnya." Off yang menjawab.
"Dikit apanya? Nanon aja sampe nangis kejer tadi." Mark mengucap lirih, namun masih terdengar oleh Ohm karena sang pradana masih berdiri di posisinya tadi, di samping meja Nanon.
Ohm memandang bersalah pada Nanon. Sungguh dia tak bermaksud membuat juniornya itu sampai menangis. "Dek, kakak minta maaf ya. Udah jangan nangis." Ohm berkata canggung yang dibalas anggukan oleh Nanon.
Tangan kanan Ohm tiba-tiba terulur menghapus sisa air mata di pipi kiri Nanon membuat yang lebih muda menahan napasnya sejenak. Ohm sendiri juga tak sadar sepertinya. Tangannya bergerak sendiri seolah itu adalah hal paling benar yang dia lakukan. Sampai wajah Nanon yang mendongak seolah minta dilepas menyadarkannya.
"Ah, maaf." Ohm kaget dan langsung menurunkan tangannya sebelum ada orang yang melihat tingkah anehnya tadi.
"Kalau gitu kita tiup lilin lalu makan kuenya sama-sama. Gimana?" Usul Off yang mendapat sorakan persetujuan dari yang lainnya.
....
Jam menunjukkan pukul satu siang lebih ketika kelompok Nanon berkumpul di meja pojok kantin untuk membahas masalah sangga mereka. MOPDB baru berakhir sepuluh menit yang lalu.
Di meja panjang itu sudah ada Nanon, Mark dan Chimon di satu sisi bangku. Sedangkan di sisi lain ada Drake, Ssing dan Frank.
"Mark, Perth kemana? Tinggal dia doang kan yang belum dateng?" Chimon bertanya sambil menyedot es tehnya.
"Kenapa tanya gue? Emang gue emaknya apa?" Balasan sewot Mark membuat yang lain bingung.
"Bukannya lu sama dia kaya hp sama kartu sim? Nempel mulu." Nanon ikut bersuara yang membuat seluruh temannya tertawa dan Mark yang makin menekuk wajahnya.
"Perumpamaan lu apa nggak ada yang lain, Non?" Ssing masih tak bisa berhenti tertawa.
"Kalau jaman dulu kan kaya amplop sa perangko. Karena sekarang nggak ada yang pake surat dan pakenya hp, ya kaya hp sama kartu sim dong." Nanon menjelaskan polos.
KAMU SEDANG MEMBACA
SMA N 137 (OhmNon Version)
Hayran KurguCerita klasik tentang kakak kelas dengan adik kelas di tengah Masa Orientasi Peserta Didik Baru. Sudah pernah dipublish dalam versi Singto-Krist oleh author yang sama. Isi cerita sama dengan versi sebelumnya ditambah beberapa perubahan seperlunya d...