Epilog B

3.9K 383 54
                                    

Sekali lagi, ini nggak ada hubungannya sama Epilog A ya ..






Nanon melangkahkan kakinya di atas lembut rerumputan. Kesunyian dan hawa dingin melingkupi badannya yang hanya terbalut kaos lengan panjang berwarna hitam. Aroma petrichor menguar harum dari sela tanah basah bekas hujan tadi sore.

Nanon sudah jadi mahasiswa tingkat dua sekarang. Berarti sudah tiga tahun pula sang kekasih meninggalkannya.

Tepat hari ini, lima tahun lalu Nanon dan Ohm resmi menjadi sepasang kekasih. Mengubah 'kau dan aku' menjadi 'kita'.

Lima tahun lalu, setelah Nanon menerima pernyataan cinta dari Ohm di teras rumahnya, sang mantan pradana membawanya ke taman yang tengah disusurinya ini.

Semua sudah jadi kenangan. Hanya kenangan. Kini tak ada Ohm di sampingnya. Hanya Nanon seorang diri merayakan anniversary mereka.

Si manis menghentikan langkah. Duduk di bangku yang menjadi spot favoritnya dan sang kekasih jika berkunjung kemari.

"Semuanya masih sama, mas. Sayangnya sekarang aku dateng nggak sama kamu." Gumam Nanon entah pada siapa.

Matanya menerawang ke atas. Hanya pekat. Bahkan bintang saja tak mau menemaninya malam ini.

Drtt...

Handphone-nya bergetar. Panggilan masuk dari sang ibu.

Nanon tahu ibunya pasti khawatir. Tapi sekarang dia hanya ingin sendiri. Hatinya butuh ketenangan. Jadi dia tolak panggilan tersebut lalu mematikan daya handphone-nya sekalian.

Satu air mata lolos, yang langsung dihapus oleh si manis.

"Apa aku terlalu cengeng, ya mas?" masih menggumam.

"Hiks.. aku kangen kamu, mas. Kamu lagi apa di sana?"

Si manis menundukkan kepalanya. Membiarkan air mata berlomba keluar dari mata beningnya. Dia hanya ingin mengungkapkan kesedihannya malam ini.

Lama Nanon menangis sendiri. Badannya bergetar. Punggungnya bergerak naik turun. Suara sesenggukan dibiarkan mengalun bebas.

"Hiks.. hiks.."

"Non..."

Isakkan Nanon sontak berhenti. Ada seseorang di belakangnya. Kepala si manis menoleh lambat.

"Hiks.. hiks..." Isakkannya malah semakin menjadi-jadi. Tangannya membekap mulut dengan kepala yang digelengkan.

Orang yang tadi memanggilnya jadi panik sendiri. Didekatinya tubuh si manis. Lalu berjongkok tepat di depannya.

"Hei, kenapa malah makin nangis?" Tangannya terulur mengelus pipi basah Nanon.

"Hiks.. hiks.." Tak ada jawaban. Hanya isakkan.

Orang tadi beralih duduk di samping Nanon. Membawanya dalam pelukan erat.

"Sstt.. jangan nangis lagi. Aku di sini. Aku pulang, sayang." Bisik orang itu di telinga si manis.

"Hiks.. kamu bilang nggak bisa.. hiks.. pulang."

Orang itu tersenyum. "Maafkan mas-mu ini, sayang. Mas bohong. Mas udah di rumah dari kemarin."

Nanon mendongak menatap Ohm, yang sedang memeluknya.

"Jadi, waktu kemarin aku telfon kamu sebenernya kamu udah di rumah?"

"Iya. Aku bohong waktu bilang mau ada latgab di Jayapura hari ini. Aku cuma mau ngasih kejutan sama kamu."

Nanon cemberut parah. Melepas pelukannya dan duduk menjauhi sang kekasih.

"Selamat. Kejutan kamu sukses besar."

Ohm terkekeh lagi menanggapinya. Gemas dengan sikap Nanon yang tak pernah berubah sejak dulu.

"Non.. " panggil Ohm. Nanon tak menoleh.

"Dek.." masih tak menoleh.

"Calon istri mas.."

Nanon menoleh cepat. "Ish, apa sih? Asal aja kalau ngomong !!"

"Happy 5th anniversary, ya. Kesiniin tangan kamu!"

Dengan bingung Nanon membiarkan Ohm mengambil tangan kirinya. Memasangkan sesuatu di jari manisnya.

"Cincin perak?" Nanon mengangkat sebelah alisnya. Memandang jarinya yang sudah berhias cincin pemberian kekasihnya.

"Bukan. Ini emas putih." Jawab Ohm singkat.

"Untuk?"

"Hadiah anniversary kita, sayang."

"Tapi aku nggak nyiapin apapun buat kamu, mas." Tatapan Nanon tampak menyesal.

"Nggak masalah. Tapi aku boleh minta sesuatu, kan?"

"Apa?"

"Tunggu aku, ya. Sedikit lagi. Tinggal setahun lagi, Non. Setelah itu kita pasti akan bisa bersama, satu atap bahagia. Bahkan untuk selamanya."

"Mas.."

"Tunggu mas sebentar lagi, ya."

Nanon menangis sambil mengangguk semangat. Masih tak percaya, cinta monyetnya akan berakhir sebahagia ini. Ohm, sang pradana yang awalnya hanya bisa dia kagumi saja kini bahkan bisa dia miliki.

Tapi ini baru awal. Kisah mereka masih akan terus berlanjut. Sampai satu diantaranya harus meninggalkan atau ditinggalkan. Bukan lagi karena jarak. Tapi karena takdir dan usia yang sudah digariskan sang kuasa.










End






Terimakasih banyak yang sudah baca sampai akhir 💜💜

Vote comment jangan lupa 😄

Sorry for typo and thank you 😉

Book baru?

SMA N 137 (OhmNon Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang