"Non, kamu harus tau aku sama Fah..."
Nanon diam. Masih setia menatap punggung tegap sang kekasih di depannya.
"....kami pernah saling mencintai."
Tangan si manis mulai bergerak meremas dadanya.
"Aku sempet nggak terima sama keputusannya yang mengakhiri hubungan kami gitu aja di saat aku masih sangat mencintai dia."
Ada kabut membayang di permukaan mata yang lebih muda.
"Dia cinta pertamaku, Non. Bisa kamu bayangin seberapa sakitnya aku waktu itu?"
Dan apa kamu sendiri nggak bayangin betapa sakitnya aku saat ini, mas? -batin Nanon
Genangan di mata Nanon mulai penuh. Remasan tangan di dadanya juga semakin erat.
"Aku marah, Non. Aku marah, aku nggak bisa benci dia karena terlalu cinta sama dia saat itu."
Satu tetes liquid mulai meluncur membuat jalur di pipi si manis.
"Rasanya udah nggak bisa lagi aku mencintai orang lain sedalam cintaku sama Fah."
Tangan yang tadinya ada di dada kini sudah beralih naik ke pipi mengusap air mata yang menganak sungai.
Tiba-tiba si pradana membalikkan badan. Menampakkan raut yang sulit dipahami oleh Nanon.
Yang lebih tak disangka si manis, kini Ohm kembali ke posisi awalnya, berlutut di hadapan Nanon. Kedua tangan penuh keringat milik si manis kembali digenggamnya erat.
"Tapi aku salah, Non. Pikiranku saat itu ternyata salah." Ada air mata yang juga menetes di pipi Ohm.
Tak ada tanggapan dari Nanon. Si manis masih bersikukuh menutup rapat mulutnya. Menunggu yang lebih tua menyelesaikan kata-katanya.
"Aku ketemu sama kamu. Dan hatiku tau, aku udah jatuh buat kamu bahkan sejak detik pertama mata kita saling beradu." Ada isakkan keduanya di sela ucapan Ohm.
"Di sini.." dibawanya tangan Nanon ke dadanya. "Bukan lagi nama Fah yang tersimpan. Di sini sekarang cuma nama kamu yang ngisi penuh seluruh ruangnya."
Tetes demi tetes air mata si manis jatuh ke pangkuannya.
"Tapi.. kemarin.." Nanon membuka mulutnya terbata.
Giliran Ohm yang diam. Menunggu kelanjutan ucapan kekasihnya.
"..kemarin aku.. mmmm.. kak Fah.. ngajak mas balikan kan?" Nanon mendongak sejenak. Menarik nafasnya dalam.
Matanya kembali menunduk, beradu dengan mata Ohm yang tak kalah basah.
"Harusnya mas terima dia kalau kalian masih saling cinta. Aku nggak mau jadi penghalang kalian. Aku nggak mau jadi pelampiasan kamu doang, mas."
Ohm menunduk. Menenggelamkan kepalanya di pangkuan si manis sambil diciuminya terus tangan halus di genggamannya.
"Sayang.. udah aku bilang kan, sekarang dan selamanya aku cuma cinta sama kamu. Hanya kamu, Non. Aku udah nggak punya perasaan apapun sama Fah."
"Tapi kemarin kalian..."
"Dia emang ngajak aku bailikan, tapi aku nolak. Aku juga udah bilang ke dia kalau yang ada di hatiku sekarang adalah kamu. Cuma kamu, Nanon."
Mata si manis mengerjap. "Jadi, aku salah paham?"
Ohm mengangguk. "Aku sama Fah udah bubar. Dia cuma masa laluku. Dan kamu adalah masa depanku. Kita baikan, ya?"
Nanon kembali menghela nafas. Kepalanya mengangguk kecil menandakan persetujuan atas kalimat Ohm sebelumnya.
Sang pradana tersenyum girang. Dibawanya tubuh sang kekasih dalam sebuah pelukan hangat. Lengkungan di bibirnya makin melebar tatkala punggungnya merasakan tangan sang kekasih yang balas memeluknya tak kalah erat
"Aku cinta sama kamu, Non. Inget itu baik-baik." Bisik Ohm tepat di telinga Nanon.
Si manis sendiri sendiri hanya mengangguk meskipun tahu kekasihnya tak akan melihat.
Puas dengan pelukannya, tangan Ohm bergerak mendekap kedua pipi bulat si manis. Pandangan keduanya kembali beradu.
Semakin lama jarak keduanya semakin mendekat. Mereka bisa saling merasakan hembusan nafas masing-masing. Ujung hidung keduanya sudah menyatu.
Tangan Ohm kembali bergerak. Kali ini ke belakang, menahan kepala Nanon. Mendekatkan wajah keduanya yang tadinya sudah sangat dekat. Nanon bahkan sudah menutup matanya.
Disambarnya bibir ranum milik yang lebih muda. Disesap perlahan seperti menyeruput kopi panas. Gerakan Ohm sangat hati-hati seolah takut menyakiti bibir tersebut.
Ohm masih terus menghisap candunya meski tak ada balasan dari Nanon. Sepertinya si manis terlalu kaget.
Hisap, kecup, jilat.
Cklek..
Tautan mereka otomatis terputus. Badan yang tadinya saling menempel langsung dipisah jarak.
Pintu terbuka.
"Kalian lagi ngapain?" Gunsmile masuk dengan wajah polos tanpa dosa.
Kekasih Ssing tersebut mengernyit memandang sahabatnya dan sahabat kekasihnya yang sama-sama menunjukkan wajah kaget bercampur panik. Apalagi wajah Nanon yang memerah sampai ke telinga.
"E.. kami.. kami cuma lagi istirahat. Iya, istirahat." Ohm menjawab gugup.
"Di sini? Kenapa nggak di kantin? Atau di taman?" Gunsmile masih memandang curiga.
"Kantin penuh tadi, iya kan Non? Taman juga kejauhan, males." Berkilah.
Nanon hanya mengangguki bualan kekasihnya itu.
"Oh, gitu ya. Lagipula di kantin kan nggak ada permen yang semanis punya Nanon ya, Ohm?" Ada seringaian di wajah Gunsmile.
Sepasang sejoli yang tertangkap basah tak mampu menjawab. Mereka paham kok permen apa yang dimaksud Gunsmile.
"Pantesan aja tadi Fah nggak jadi masuk sanggar." Gumam Gunsmile yang sepertinya tak didengar keduanya.
Bersambung...
Pendek. Gapapa kan? Biar ga pinisirin 🤭
Vote comment yaaaa
Sorry for typo and thank you 😉
KAMU SEDANG MEMBACA
SMA N 137 (OhmNon Version)
FanfictionCerita klasik tentang kakak kelas dengan adik kelas di tengah Masa Orientasi Peserta Didik Baru. Sudah pernah dipublish dalam versi Singto-Krist oleh author yang sama. Isi cerita sama dengan versi sebelumnya ditambah beberapa perubahan seperlunya d...